Kontribusi Untuk Gerakan Penolakan Reklamasi Pantai di Kalasey –Manado



(Bukan Sebuah Progam: Tanggapan dan Kritik)
Reuben Augusto

00
Spectacle seperti yang dijelaskan Debord dalam ‘The Society of The Spectacle’, adalah pembalikan yang konkrit dari kehidupan, sebuah gerakan otonom dari sesuatu yang tak hidup. Dan spectacle menyajikan dirinya secara simultan sebagai bagian dari masyarakat itu sendiri, sebagai bagian dari masyarakat dan sebagai arti dari unifikasi. Spectacle bukanlah kumpulan dari imaji-imaji, tetapi merupakan relasi sosial antar manusia yang dimediasi oleh imaji-imaji. Ia bukan lagi sekedar dekorasi yang ditambahkan ke dunia nyata. Spectacle adalah inti sesungguhnya dari ilusi masyarakat nyata.

01
Selama sepuluh tahun terakhir, semua dari kita yang tinggal di rentang waktu tersebut menyaksikan berbagai destruktifikasi terhadap alam dan lingkungan tinggal kita. Salah satu yang bisa disebutkan dari daftar panjang tersebut adalah reklamasi pantai. Kita dapat menunjuk kawasan bisnis yang berdiri angkuh di sepanjang jalan Pierre Tendean atau yang lebih dikenal dengan Boulevard. Mulai dari Bahu Mall, Boulevard Mall, Manado Town Square, Mega Mas hingga ke kawasan Marina Plaza yang semuanya didirikan di atas bangkai semenanjung pantai Manado lebih dari lima kilometer. Area investasi skala besar yang digembar-gemborkan sebagai simbol kemajuan kota. Sesuatu yang tentu saja salah jika kita membongkar alasan dibalik semua itu. Dan kini, tak puas dengan semua itu mereka telah bergeser ke arah selatan dengan berniat untuk melakukan kejahatan yang sama terhadap pantai Malalayang dan Kalasey. Tindakan sama yang tak akan pernah berhenti atas nama kepentingan ekspansi modal, komodifikasi dan privatisasi yang semuanya adalah upaya nyata memperkuat tatanan masyarakat spectacle hari ini.

02
Juga penting untuk diketahui lebih jauh bahwa dalam spectacle, untuk menjaga keberlangsungan dominasinya, ia menciptakan oposisi palsu yang sebenarnya adalah spectacle itu sendiri. Oposisi yang tampak sebagai perlawanan namun secara esensial tidak mengancam keberlangsungan spectacle. Oposisi palsu ini adalah bentuk rekuperasi yang nyata dari setiap semangat pemberontakan dengan mengikis habis semua penentangan dan menyerapnya menjadi bagian dari spectacle itu sendiri sehingga menjadi netral dan tak berbahaya. Oposisi ini tampil dalam bentuk-bentuk organisasi, metoda, strategi taktik yang banal, repetitif dan negotiatif. Salah satunya adalah apa yang terjadi pada aksi penentangan terhadap reklamasi pantai di Kalasey baru-baru ini.

03
Bahwa dengan melakukan demonstrasi massa yang hanya sekedar mendatangi tempat reklamasi dengan mengusung poster, spanduk, meneriakkkan penolakan dan mendengarkan orasi panjang lebar dari para vanguard adalah hal yang dimaksud di atas. Fakta bahwa di saat yang bersamaan dengan berlangsungnya demonstrasi, aktifitas penimbunan tanah di pantai tetap berlangsung seperti biasanya. Tak ada gangguan yang berarti dari aksi massa tersebut selain hanya imaji-imaji yang terunifikasi dalam spectacle.

04
Hal ini tentu saja adalah efek yang terkait dengan menyerahnya gerakan penolakan reklamasi pantai pada mediasi kaum Kiri dan para spesialis. Membiarkan dengan sengaja, mereka bicara atas nama keinginan dari masing-masing individu dalam pengeneralisasian isu ke dalam satu wadah yang mereka inginkan dan berhasil mereka kendalikan yang bernama politik representasi. Karena semestinya disadari bahwa segala bentuk spesialisasi sosial adalah bentuk mutakhir dari spectacle. Mereka menyampaikan pesan-pesannya sebagai juru bicara sistem dan memberangus siapapun yang ingin bicara dan merepresentasikan dirinya sendiri.

05
Kesesatan lain adalah dengan mengatasnamakan gerakan protes yang damai, aksi penolakan reklamasi pantai ini semakin menjauhkan diri dari kemungkinan-kemungkinan untuk mencoba berbagai aksi langsung yang melangkah lebih jauh dari tipikal yang sekedarnya. Secara langsung, penolakan ini berarti telah menegaskan dogmatisme akut dan xenophobia yang juga adalah penyakit para spektator di masyarakat spectacle hari ini.

06
Masih ditambah dengan terbongkarnya alasan penolakan reklamasi yang bergerak dalam kotak retorika kosong tentang environmentalisme ala korporasi, negara melalui para spesialis dan kaum Kiri. Persoalan seperti Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW), ruang publik, keterlibatan warga sekitar dalam pengembangan dalam bentuk penyerapan tenaga kerja adalah hal yang tak bisa disangkal sebagai kemiskinan analisa atas kegersangan hidup yang ditimbulkan oleh spectacle.

07
Seharusnya telah disadari dan diingat bahwa dengan demonstrasi massa yang bertujuan untuk “menggugah” negara agar “membantu” penolakan reklamasi pantai, adalah sesuatu yang sia-sia. Mengingat negara beserta semua aparatusnya telah dikembangkan sesuai dengan dinamikan internal dari spectacle.

08
Kekalahan berikutnya adalah dengan kesetiaan pada metoda massa. Sebab dalam pengertiannya yang dasar, massa adalah kumpulan dari individu-individu memiliki kedekatan secara fisik, namun tidaklah secara sosial. Massa tentu saja adalah soal kuantitatif yang kosong. Kehampaan tragis yang mempunyai nama: separasi.


09
Separasi adalah kemenangan dari masyarakat hirarkis hari ini, di mana dengan corak produksi ekonominya telah berhasil menjadikan setiap orang sebagai proletar yang teralienasi.


10
Semenjak awal, logika massa adalah logika sosial ekonomi masyarakat hari ini berjalan. Menekankan eksitensinya pada persoalan jumlah berarti berjalan segaris dengan mode produksi korporasi-korporasi yang menghasilkan bencana kerusakan alam dan lingkungan. Salah satu musuh yang menjadi sasaran dari gerakan ini. Metoda ini juga secara kasar mengintegrasikan keseluruhan ragam ke dalam satu kanal.


11
Dengan demikian menjadi penting untuk merubah objektifitas komoditi yang ditawarkan sebagai solusi dan menggantinya dengan subjektifitas yang berbasis pada frustasi dan hasratnya sendiri. Sebuah jalan keluar dari alur penggembalaan. Bersamaan dengan hal itu, maka penolakan terhadap semua ideologi bahkan yang paling revolusioner sekalipun mendapatkan tempat.


12
Sementara itu, independensi yang digaung-gaungkan gerakan ini bukanlah otonomi dalam pengertian yang sesungguhnya. Sebaliknya ia merupakan tahap lanjut dari representasi melalui mediasi-mediasi khusus oleh spectacle yang memperlihatkan sebuah dunia yang tak dapat secara langsung direngkuh.


13
Sebab reifikasi dalam spektakularisasi kapitalisme modern membuat setiap orang mendapatkan peran yang spesifik dalam sebuah kepasifan umum. Tidak terkecuali gerakan ini.


14
Karenanya adalah tidak mengejutkan jika kemudian gerakan ini kembali terjungkang dalam kegagalan. Ketidakberhasilan yang sejak awal secara tidak langsung adalah tujuan dari tipikal gerakan seperti ini.


15
Hanya dengan melampauinya, belajar dari kesalahan-kesalahan, membuka kemungkinan-kemungkinan eksperimental yang baru dalam segi taktik dan metoda, mendefinisikan kembali tujuan dari penentangan, sehingga menemukan musuh yang mesti dihancurkan dan merengkuh totalitas hidup.


Di publikasikan pertama kali dalam ANTAGONIS #01 – Februari 2011

0 komentar:

Posting Komentar