Manifesto Provokasi

Banyak orang mengaku telah muak dengan retorika kosong para politisi dan aktifis revolusioner, namun di saat yang bersamaan tetap saja memutar chanel televisi untuk mendengarkan dengan khidmat pidato atau pernyataan pers dari para pemegang otoritas tersebut. Sama seperti aktifis revolusioner konyol yang teriak anti kapitalisme dan bersumpah setia akan melawannya, namun terjebak ironis pada aksi-aksi demontrasi yang repetitif dengan taktik konvensional yang hanya berujung pada kepasifan hidup.

Keduanya sama-sama memuakkan!!! Ya. Daya hidup kita benar-benar telah dilumpuhkan.

Kita secara perlahan berevolusi dari manusia menjadi mesin yang dikendalikan oleh tombol-tombol. Tak bisa bergerak dengan inisiatif karena kita telah dibatasi dengan manual. Dengan begitu, kita menjadi sama menyedihkan dengan artis sinetron yang berakting buruk dilengkapi dandanan menor dan make up tebal nan menjijikkan untuk menutupi kedangkalan hidup.

Banyak mulut yang memperdengarkan penolakan mereka terhadap hirarki dan otoritas, namun terbelenggu dalam kediaman. Tanpa inisiatif dan menunggu api mulai di bakar. Bukankah orang-orang seperti inilah yang mempertaruhkan hidupnya lima tahun sekali dalam pemilu?

Sekarang bukanlah saat untuk menunggu superhero menyelamatkanmu. Karena tak ada mesias untuk masyarakat yang hidup dalam transaksi jual beli seperti kita hari ini. Tak akan ada jagoan, karena memang para jagoan tak lebih dari tipu daya para pemilik modal untuk menjamin bahwa kita adalah pemeran "Waiting for Godot" yang baik.

Maka mungkin akan lebih baik jika mulailah menentukan arah hidupmu sendiri. Lakukan apa yang sejak dulu kau cita-citakan. Bermimpilah hingga ke titik yang paling tidak mungkin sekalipun karena memang itulah indahnya khayalan, tak berbatas. Jangan menunggu mereka mendikte, namun mulailah bersandar pada inisiatifmu sendiri. Mengaktifkan dirimu dalam lingkaran horizontal di mana kau tidak akan menjadi nomor dua atau bawahan. Karena kau adalah bos untuk dirimu sendiri.

Karena memang, keliaran tak butuh teori. Ia hanya butuh dipraktekkan. Membentur ke manapun hingga bisa memberikan masing-masing kita pengalaman yang khas sebagai pelajaran. Temukan sahabat-sahabat, agar kau menikmati semuanya bersama. Lakukan projek-projek sesuai konsensus kalian lalu rasakan sendiri. Tuliskan semua pemberontakanmu, agar itu bisa menjadi energi untuk mereka yang lain. Namun jangan jadi guru, jadilah teman karena guru adalah makhluk yang menyedihkan dalam hidupnya. 

Jika memang hidupmu tak butuh hirarki, maka ambil kontrolmu!! Sekarang!!

0 komentar:

Posting Komentar