17 November 1973:
Pasukan khusus, tank-tank dan polisi bersenjata mengevakuasi Politeknik Athena (universitas teknik) yang berlokasi di tengah kota. Mahasiswa, pekerja, dan petani menduduki universitas tersebut dan mengadakan protes terhadap rezim militer yang mulai berkuasa semenjak 21 April 1967. Tuntutan mereka adalah kebebasan. Setelah kejadian, desas-desus menyimpullkan 200 orang mati pada peristiwa tersebut; sementara informasi resmi menyebutkan 30 orang. Selama terjadinya pendudukan, slogan-slogan dan grafiti anarkis muncul untuk pertama kalinya semenjak tahun 1920an. Junta militer akhirnya di tumbangkan setelah pemberontakan besar-besaran.
17 November 1974:
Rejim ‘demokratik’ baru merayakan kemenangan pertama dari pemberontakan tahun 1973 dengan mengadakan sebuah pemilihan umum: pemilihan ini di menangkan oleh Partai Konservatif, ‘Nea Dimokratia’.
17 November 1975:
Serikat Nasional Pelajar Yunani (EFEE) mengorganisir sebuah aksi untuk memberi penghormatan pada pemberontakan 1973, dengan berjalan menuju kedutaan Amerika Serikat. Gedung kedutaan tersebut menjadi sasaran pelemparan telur dan cat merah oleh aktifis-aktifis sayap-kiri dan anarkis. Semenjak tahun ini dan setelahnya, 17 november di peringati dengan aksi berjalan dari universitas Politeknik menuju kedutaan AS.
1975:
sebuah organisasi bersenjata revolusioner bernama ’17 Noemvri’ (17 November) melakukan aksi pertamanya; mereka membunuh Richard Welch, seorang agen CIA yang bertugas di Athena.
17 November 1980:
Pemerintah melarang aksi berjalan mendekati kedutaan AS. Sejumlah besar kekuatan polisi di kerahkan untuk memblokade aksi di Syntagma square. Aktifis sayap kiri dan anarkis mencoba menerobos blokade dan polisi pun mulai melakukan penyerangan. Dua orang anarkis, Stamatina Kanellopoulou dan Lakovos Koumis di pukuli sampai tewas oleh polisi. Ratusan lainnya terluka secara serius dan di larikan ke rumah sakit. Para anarkis kembali ke Universitas Politeknik dan memulai pendudukan. Polisi kemudian mengepung wilayah tersebut, Dua orang mahasiswa terkena serangan tembakan. Ironisnya bukanlah polisi yang menyerang para anarkis agar menghentikan pendudukan, tapi pemuda ‘komunis’ (KNE). Perdana menteri, G.Rallis, mengatakan bahwa insiden tersebut di lakukan dan di rencanakan oleh polisi resmi pro-PASOK (PARTAI SOSIALIS).
17 November 1985:
Setelah melakukan aksi berjalan dari Politeknik menuju kedutaan AS, para anarkis kembali ke Exarchia square. Pada pukul 11.30 siang, tiga polisi memprovokasi 3 kamerad di tempat tersebut. Sekitar 50an orang kemudian mengikuti polisi-polisi tadi yang sedang berjalan menuju bus mereka yang di parkir dekat situ. Dengan sekejap sebuah molotov di lemparkan ke bus polisi; satu dari antara polisi tersebut, yang bernama Athanasios Melistas, meresponnya dengan menjongkok dan mulai mengarahkan tembakan. Salah satu teman kami yang sedang berjalan meninggalkan tempat tersebut, Mihalis Kaltezas, yang baru berumur 15 tahun, tewas karena dua peluru bersarang di kepalanya. Polisi kemudian malah menyerang para anarkis di square bukannya mengamankan si penembak dan mencari pelaku pelempar molotov. Setelah itu para anarkis melakukan pendudukan di fakultas kimia dan melawan serangan polisi sampai pukul 10 malam. Pagi harinya pasukan khusus menyerang pendudukan dan menahan 39 orang kamerad. Mereka dilepaskan setelah terjadi mogok makan dan minum selama 18 hari. (di tahun 1989, 39 orang tersebut di jatuhi hukuman enam bulan penjara dengan tuduhan ‘mengacaukan keamanan’). Sementara itu, Melistas, sang polisi pembunuh, tetap bebas. Kamerad-kamerad lainnya melakukan pendudukan di Politeknik lalu mulai mengorganisir aksi berjalan dan demonstrasi. Anggota Partai Sosialis PASOK, birokrat serikat-serikat, fasis-fasis dari organisasi EPEN dan ENEK, dan juga polisi berkolaborasi untuk mengevakuasi Politeknik, mereka menyerang apapun yang bergerak disitu. Bantuan terbesar untuk polisi, bagaimanapun, di berikan oleh grup-grup sayap-kiri disitu, mereka ‘meyakinkan’ para pelaku pendudukan untuk membuat aksi berjalan dan meninggalkan gedung.
17 November 1986:
Polisi dengan pakaian sipil di dapati berada di dalam aksi berjalan. Para polisi ini kemudian dipukuli dan pistol mereka direbut. Terjadi pertempuran jalanan dan pelemparan gas air mata di dekat hotel Hilton. (beberapa bulan kemudian, polisi menangkap Sotiris Deliyiannis karena ketahuan memiliki salah satu pistol milik polisi yang di pukuli). Sotiris di kenakan hukuman penjara 11 tahun dan 6 bulan penjara dengan tuduhan “perampokan”).
17 November 1987:
Para anarkis melempar molotov ke kedutaan AS. Polisi meresponnya dengan melempar gas air mata dan mengerahkan tank-tank air.
September 1988:
Di dalam sebuah parodi pengadilan, Melistas di nyatakan ‘bersalah karena telah melampaui prosedur pembelaan diri ‘di bawah kondisi panik’, dan di jatuhi hukuman 2 setengah tahun penjara. Melistas naik banding dan pengadilan menunda hukuman kemudian membebaskannya untuk kembali pada tugas kepolisian. Para anarkis mengorganisir protes atas kebijakan tersebut, dan di respon dengan tindakan kekerasan yang hebat dari polisi. Tiga orang kamerad di tangkap karena menyimpan Molotov, mereka di ancam hukuman 36 tahun penjara. Mereka di bebaskan ketika naik banding di setujui.
17 November 1988:
Pertempuran jalanan rutin antar anarkis dan polisi terjadi; polisi menggunakan gas air mata dan tongkat kayu juga mengejar para demonstran dengan motor.
12 Januari 1989:
Di karenakan tekanan dari media massa dan para politisi, Melistas kembali di tangkap.
18 Juni 1989:
Partai konservatif, ‘Nea Demokratia’ memenangkan pemilihan umum, namun tidak dengan mayoritas mereka di dalamnya; sebuah koalisi partai di bentuk dengan Partai Komunis. Dua anggota (pengacara) keluarga Kaltezas menjadi menteri. Sidang banding bagi Melistas akan di langsungkan pada bulan September.
Meskipun merupakan anggota keluarga korban yang telah menjadi menteri, pengadilan kembali di tunda dan Melistas di bebaskan kembali.
5 November 1989:
Sebuah pemilihan umum di adakan dan menghasilkan sebuah koalisi baru antara aliran konservatif, sosialis (PASOK), dan komunis. Pemerintahan koalisi ini berada di bawah kendali Xenophon Zolotas, seorang mantan professor dan Bankir yang berumur 85 tahun.
17 November 1989: Pertempuran jalanan terjadi.
26 Januari 1990:
Sidang banding yang di hadiri oleh hakim-hakim yang bernama Hadjakis, Smirneos, Karagiannopoulos dan empat anggota juri mengampuni sang pembunuh (Melistas). Para anarkis melakukan protes di jalan-jalan Athena. Polisi menggunakan gas C.S yang di larang secara internasional untuk merepresi protes. Lebih dari 2000 kamerad menduduki Politeknik dan melawan penyerangan polisi dengan menggunakan molotov. Lima polisi terbakar. 3 kamerad terluka. Bus-bus di hentikan dan di jadikan barikade. Pemerintah menolak untuk menarik mundur polisi.
26 Januari 1990:
Para pelaku pendudukan di Politeknik membentuk sebuah badan permanen baru; mengajak bergabung pelajar-pelajar SMU dan SMP, serta pekerja. Pada malam harinya diadakan acara musik terbuka yang di hadiri sebanyak 5000 orang. Universitas-universitas di Thessaloniki, Loannina, dan Rethmno di duduki oleh pelajar dan anarkis. Di Thessaloniki para anarkis menyerang kantor-kantor International Expo dengan Molotov.
Sehubungan dengan pengampunan Melistas, pemerintah menyatakan bahwa konstitusi Yunani melarang adanya kritisisme terhadap keputusan pengadilan. Kedua menteri yang merupakan anggota keluarga Kaltezas menuruti maklumat ini.
31 Januari 1990:
Aksi berjalan yang di organisir oleh Serikat Nasional Pelajar Yunani (EFEE) di ikuti lebih dari 10.000an orang.
4 Februari 1990:
Aksi berjalan yang di organisir oleh pelaku pendudukan di Politeknik merangsang 6000 orang bergabung; graffiti-graffiti anarkis Turki muncul di dinding-dinding sebagai wujud solidaritas.
5 Februari 1990:
Pelajar SMU menduduki lebih dari 50 sekolah di wilayah Athena. Beberapa dari pelaku pendudukan memblok jalan-jalan. Beberapa individu dan kelompok anarkis (diantaranya beberapa pengacara anarkis) menduduki kantor-kantor asosiasi pengacara Athena dan membuat sebuah konferensi pers yang menekankan permasalahan di dalam sistem Judisial di Yunani dan menyerukan solidaritas pada para tahanan yang berjuang. Mereka di bawa ke kantor polisi dan dipaksa untuk meneriakan “panjang umur polisi Yunani” dan “Melistas adalah pahlawan” sembari di siksa secara brutal. Di hari-hari berikutnya, EFEE merubah sikap mereka terhadap pelaku pendudukan, menyuruh mereka membiarkan mahasiswa lainnya yang ingin mengikuti ujian.
7 Februari 1990:
‘Nea Demokratia’ menghimpun organisasi pelajarnya untuk menghajar pendudukan. Hanya 20 orang yang muncul. Menteri pendidikan meminta polisi untuk melakukan intervensi – Dekan dan rektor memiliki status ‘dilindungi’.
9 Februari 1990:
Konfederasi Umum Pekerja Yunani (GSEE) menggerakan kaum kelas pekerja untuk mendatangi dan mengakhiri pendudukan. 500 polisi dengan pakaian sipil, orang-orang serikat pekerja, dan fasis datang menyerang – sebanyak 2500 pelaku pendudukan masih berada di sana untuk merespon para penyerang. Meski para pelaku pendudukan sangat bersikeras dan tangguh, media mulai membuat disorientasi pada opini publik, berbohong bahwa ‘status dilindunginya’ Politeknik merupakan akar dari masalah. Media menyerukan agar polisi melakukan intervensi. Dekan dan Rektor datang untuk melakukan negosiasi pada para pelaku pendudukan.
11 Februari 1990:
Dekan dan para professor mengatakan kalau mereka sudah tidak tahan lagi dengan tekanan yang di berikan oleh media dan negara. Mereka mengatakan kalau Politeknik tidak lagi dapat berfungsi sebagai sebuah sekolah, dan ini membuat polisi bebas untuk menyerang. Para pelaku pendudukan berpendapat bahwa situasi semacam ini akan membuat jatuhnya korban lebih besar dari dua pihak. Mereka memutuskan untuk mengevakuasi gedung pada malam harinya, namun masih bersiteguh untuk melanjutkan perjuangan melawan kebijakan yang melepaskan Melistas juga melawan sistem ‘Keadilan’ sebagai sebuah institusi.
12 Februari 1990:
Konser di adakan pada waktu sore hari. Evakuasi yang damai berlangsung di malam hari. (tanpa kehadiran polisi)
13 Februari 1990:
Pelajar dan anarkis mengevakuasi universitas-universitas di Joannina dan Rethimno. Pelajar dari universitas Ionian di Corfu menduduki perumahan polisi, sebagai protes terhadap kondisi pelajar, kasus Melistas dan tindak represi negara. Pendudukan berlangsung selama beberapa jam. Jam-jam sebelum pendudukan terjadi, mobil-mobil di bakar di wilayah Thessaloniki dan Patra.
14 Februari 1990:
25 gedung SMU masih di duduki oleh para pelajar di wilayah Athena, dan sebuah aksi berjalan di organisir. Kostas Kefalas (yang di tangkap pada tanggal 9 februari karena tindakan pencurian medali olah raga di Politeknik) di tahan untuk menunggu sidang. Jaksa umum mengumumkan keputusan untuk menuntut anggota-anggota komite Politeknik antara lain: seorang professor, dan seorang pelajar karena telah mendukung para kriminal dengan menolak memberi jalan masuk pada polisi. (di hari yang sama, sang Dekan menerima sumpahnya dan di nobatkan sebagai Menteri Transportasi dan Komunikasi!) Media masih melancarkan propaganda untuk menyudutkan para anarkis, menghendaki di tangkapnya ‘pemimpin para anarkis’ – agar bertanggung jawab atas kerusakan-kerusakan yang terjadi.
Anarkisme mengalami kebangkitan kembali di Yunani. Di sebuah wilayah dimana otoritas dan negara menjadi sangat represif, dan dengan tradisi lama akan aksi langsung, anarkisme menerima dukungan popular yang semakin meluas, terutama pada kaum mudanya. Ini adalah sejarah singkat perlawanan di Yunani semenjak di jatuhkannya kediktatoran militer yang berpusat di Politeknik, Athena.
* * * * *
Artikel ini dikumpulkan dan diterjemahkan oleh Ernesto Setiawan. Di bajak tanpa izin dari Pustaka Otonomis.
0 komentar:
Posting Komentar