Hadirnya Red Army Fraction (RAF) atau yang lebih dikenal sebagai Gerakan Baader Meinhoff memiliki arti penting bagi kami di NEGASI. Hal ini tidak lepas dari penilaian subjektif bahwa aksi yang mereka lakukan (dan juga semua kegagalan yang menyertainya), tidak semestinya dikubur begitu saja. Justru dengan mempublikasikannya adalah sebuah cara untuk melihat kemungkinan yang lebih luas. Sebuah upaya untuk memperkaya taktik dan strategi perebutan kendali hidup.
Tidak ada heroisme dalam publikasi ini. Juga bukan berarti bahwa kami menempatkan diri segaris dengan semua yang tertulis di sini. Sebab ini hanyalah teks semata. Ia hanya mengandung ide ide tertentu yang mendokumentasikan perlawanan pada sebuah tempat di sebuah waktu.
Semenjak kami semua tak percaya bahwa tak seharusnya sebuah ide membelenggu manusia. Sejak itu pula kami tak percaya keutuhan dan kemutlakan sebuah strategi dan taktik. Bagi kami, pengalaman memperkaya analisa, namun metode dan taktik perjuangan mestilah dirumuskan hari ini dan di sini.
Teks ini diterjemahkan oleh Blue salah seorang partisan dari Konspirasi Kontra Kultura (KKK), pada bulan September hingga Oktober 2002. Pustaka Otonomis kemudian mempublikasikannya di situs mereka, yang mana kemudian kami bajak untuk dipublikasikan di sini. Teks ini juga sudah pernah dicetak dan digandakan sebagai pamflet oleh KKK.
Kini, kami kembali hadirkan di sini sebagai sebuah upaya untuk membuka lebih banyak saluran dan alternatif pilihan. Semuanya adalah untuk percobaan perang pembebasan hasrat dan hidup yang lebih baik.
Salam,
Salam,
* * * * *
Gerakan Dua Juni
Diberi nama dari tanggal ketika Benno Ohnesorg dibunuh, “Gerakan Dua Juni” muncul dari kancah anti-otoritarian militan di Berlin Barat pada 1971. Pada Juni 1972, kelompok tersebut mempublikasikan program politik mereka. Butir ketiga berbunyi sebagai berikut: “Gerakan melihat dirinya sebagai vanguard hanyalah sejauh bahwa ia berada diantara yang pertama yang mengangkat senjata. Ia bukan vanguard karena menyebut dirinya demikian.”
Strategi Gerakan Dua Juni dipetik dari konsep gerilya di Amerika Latin dan mengkombinasikannya dengan perjuangan “legal”. Butir kesepuluh dari program mereka berbunyi: “…Bagi kami, praxis bermakna: Menciptakan kelompok legal yang militan, menciptakan milisi, menciptakan gerilya perkotaan – hingga kita memiliki rakyat yang bersenjata.”
Gerakan Dua Juni memandang dirinya sebagai kelompok gerilya kota, terbatas pada wilayah Berlin Barat. Secara khusus dengan cara-cara aksi spektakuler, semacam membagi-bagikan permen coklat selama perampokan bank, kelompok tersebut mendapat perhatian yang besar. Capaian tertinggi Gerakan Dua Juni adalah penculikan pemimpin wilayah CDU Peter Lorenz tahun 1975. Hasil dari aksi ini, kelompok tersebut mampu memenangkan kebebasan bagi lima anggota Red Army Fraction (RAF) yang dipenjara.
Dalam jangka waktu yang pendek setelah penculikan Lorenz, anggota-anggota penting Gerakan Dua Juni ditangkap. Selama pencarian anggota-anggota kelompok tersebut, tembak-menembak dengan polisi berlangsung di Cologne bulan Mei 1975. Werner Sauber, seorang anggota Gerakan Dua Juni, dan seorang polisi terbunuh. Setelah kesuksesan negara dalam pembasmian terhadap kelompok ini, Gerakan Dua Juni hanya terdengar suaranya lewat statemen pembelaan di pengadilan dan teks para aktivis yang dipenjara. Pada Juni 1980, kelompok tersebut membubarkan diri dan menjadi bagian dari RAF. Di bulan yang sama, tiga anggota tiga anggota Gerakan Dua Juni yang ditahan di Penjara Moabit Prison di Berlin, Ralf Reinders, Klaus Viehmann, dan Ronald Fritsch, mengeluarkan surat menegaskan oposisi mereka terhadap keputusan ini.
The Red Army Fraction (RAF)
Tahun 1968, sebagai protes terhadap perang di Vietnam, empat orang, diantaranya Andreas Baader dan Gudrun Ensslin, meledakkan suatu peralatan yang dapat mengeluarkan api didalam pusat perbelanjaan di Frankfurt. Keempat tak lama kemudian ditangkap dan dikirim ke penjara. Saat di penjara, Andreas Baader membangun hubungan yang erat dengan seorang jurnalis bernama Ulrike Meinhof. Dari hubungan ini muncul ide untuk meloloskan Andreas Baader keluar dari penjara di bulan Mei 1970, aksi pertama yang dilakukan RAF. Diakhir 1970-an, kelompok tersebut berangkat ke Yordania untuk berlatih bersama organisasi Palestina “Al Fatah”. Di musim semi 1971, sebuah surat dikeluarkan diberi judul, “Red Army Fraction – Konsep Gerilya Kota”. Teks tersebut bertulis sebagai berikut: “Konsep gerilya kota timbul datangnya dari Amerika Latin. Apa yang terjadi disana bisa juga terjadi disini: sebagai sarana intervensi revolusioner oleh kekuatan revolusioner yang relatif lemah.” RAF menjelaskan dirinya sebagai “kelompok perlawanan anti-imperialis, yang bukan merupakan bagian perjuangan yang ada disini, namun lebih merupakan perjuangan yang berlangsung di Dunia Ketiga.
Aksi Pertama yang dilakukan RAF
Setelah dua tahun bergerak dibawah tanah, RAF menjalankan enam serangan di bulan Mei 1972. Dua dari serangan ini adalah terhadap tentara A.S, tiga terhadap polisi dan pengadilan, dan satu terhadap korporasi Springer. Beberapa minggu setelah serangan ini, sejumlah anggota RAF ditangkap. Bulan September 1974, tahanan RAF memulai aksi mogok makan mereka yang ketiga terhadap kondisi penjara mereka. Setelah 56 hari, Holger Meins meninggal sebagai akibat dipaksa menelan makanan. Setelah ini, “Kommando Holger Meins” RAF menduduki Kedutaan Jerman di Stockholm di bulan April 1975 dan menawarkan untuk menukar sandera-sandera tersebut sebagai ganti pembebasan 26 anggota RAF yang dipenjara. Dalam rangka memberi gambaran ketetapan hati mereka, kommando RAF mengeksekusi atase militer Jerman pada permulaan pendudukan. Saat unit kepolisian menyerbu kedutaan, komando memasang serangan bahan peledak. Selama pengrebekan, satu diplomat dan satu anggota RAF, Ulrich Wessel, terbunuh, dan bangunan tersebut terbakar api. Lima anggota komando yang lain ditangkap oleh polisi. Diantara mereka Siegfried Hausner, yang walaupun sedang terluka secara serius diterbangkan ke Penjara Stammheim, dan tak beberapa lama meninggal dunia.
Satu tahun kemudian, di malam 8 Mei, 1976, Ulrike Meinhof diketemukan tergantung di selnya. Pada 1977, RAF melancarkan suatu ofensif besar-besaran. Di bulan April, Penuntut Federal Siegfried Buback dan dua pegawalnya ditembak mati di jalanan. Komando RAF yang bertanggungjawab menyebut tindakan pengeksekusian Buback, karena ia bertangungjawab atas pembunuhan Holger Meins, Ulrike Meinhof, and Siegfried Hausner. Di bulan Juli, sebuah komando RAF menembak dan menewaskan Jurgen Ponto, seorang eksekutif puncak Bank Dresdner . Di bulan September, sebuah komando RAF menculik Hanns-Martin, Schleyer Presiden Asosiasi Pengusaha Jerman.
Selama penculikan Schleyer, empat pengawalnya tewas. RAF menginginkan menukar Schleyer dengan kamerad-kamerad RAF yang dipenjara. Untuk menambah bobot pada tuntutan ini, sebuah komando Palestina membajak sebuah jet Lufthansa berisi penuh dengan turis Jerman di Mallorca. Komando tersebut menembak pilot dan mengancam membunuh seluruh sandera. Unit polisi anti-teroris khusus GSG-9 menyerbu pesawat saat menunggu di landasan pacu di Mogadishu, Somalia. Semua anggota komando Palestina ditembak dan terbunuh, kecuali seorang perempuan yang selamat, terluka parah. Segera menyusul kejadian ini, tahanan RAF Jan Carl Raspe, Andreas Baader, dan Gudrun Ensslin ditemukan tertembak mati atau tergantung di sel isolasi mereka di Stammheim. Irmgard Moller selamat, dengan luka sangat serius. Hari berikutnya, 19 Oktober, 1977, polisi menemukan mayat Hanns-Martin Schleyer di bak belakang sebuah mobil.
Musim Gugur Jerman (German Autumn)
Reaksi negara Jerman terhadap ofensif RAF terkenal dengan Musim Gugur Jerman. Periode ini ditandai dengan kampanye media yang belum pernah terjadi sebelumnya mencoreng orang-orang yang diduga keras “simpatisan” RAF. Tiap-tiap dan semua orang yang dicurigai bersimpati kepada RAF dianggap anggota potensial atau paling kurang pendukung bagi organisasi tersebut. Pengawasan polisi, pengrebekkan rumah, dan penangkapan merupakan merupakan keadaan sehari-hari. Undang-undang kejahatan politik sangat dipertajam. Antara 1977 dan 1981, RAF hanya menjalankan satu kali serangan. Di bulan Juni 1979, sebuah komando RAF meledakkan bom didekat iring-iringan Jenderal A.S Alexander Haig, kepala NATO, di Mons, Belgia. Haig selamat tanpa luka. Dari Pebruary hingga April 1981, para tahanan RAF mengorganisir sebuah mogok makan, yang dibatalkan menyusul kematian Sigurd Debus. Dua aksi RAF menggiringi musim panas: serangan bom di bulan Agustus pada kantor pusat angkatan udara AS di Eropa, pangkalan NATO di Ramstein, dan serangan roket terhadap Jenderal AS Kroesen, yang tak terluka.
Konsep Front
Di Mei 1982, RAF mengeluarkan sebuah komunike yang diberi judul, “Gerilya, Perlawanan, Dan Front Anti-Imperialis”, yang mencerminkan keluasan ideologi kelompok ini dan konsep strategi mereka. “Dokumen Mei” ini mengkritik ofensif 1977, secara khusus tindakan pembajakan pesawat, dan menyebut upaya itu sebuah kesalahan. Namun kritik-diri RAF masih membatasi diri. RAF mengatakan 1977 mencapai suatu dimensi historis, tahun dengan efek positif atas gerakan perlawanan. Suatu kemenangan dilihat dalam kenyataan bahwa negara tak mampu menghancurkan RAF. Dan akibatnya gelombang represi dari aparatus negara dianggap positif juga, karena hal tersebut memaksa seluruh perlawanan untuk membuat pilihan bersama atau melawan RAF. RAF melihat suatu perbedaan jelas semacam itu sebgai bukti akan kedudukan kepeloporannya. Dari sudut pandang ini, semua kekuatan oposisi sejati mengarahkan diri kepada RAF – atau mereka tak eksis sama sekali. “Musim Gugur 1977 memberi semua kelompok oposisi fundamental relasi dan syarat-syarat baru bagi kelangsungan hidupnya – sebagai pengalaman aktual dan prespektif bagi perjuangan masa depan, semuanya telah dipaksa untuk secara mendasar mereorientasi dirinya terhadap kekuasaan – atau menyerah. … Dari pengalaman yang baru ini, kebutuhan akan aksi gerilya merupakan satu langkah yang mudah bagi kesadaran: Jika perjuangan gerilya merupakan perjuanganmu sendiri, maka satu-satunya keinsyafan yang logis dari hal ini adalah dengan secara politis dan praktis menggabungkan dirimu dalam strategi gerilya, pada tingkat yang manapun.” (Dokumen Mei).
RAF mengembangkan ide tentang “front anti-imperialis” ini di metropolitan sebagai bagian dari perjuangan global untuk pembebasan. Practically speaking, ini berarti tiga-bagian pendekatan. Pada bagian pusat adalah “aksi militer” dari komando RAF, disertai dengan kegiatan dan serangan oleh para “militan” dan agitasi lebih jauh oleh spektrum yang lebih luas dari para pendukungnya. Hal tersebut tidak, walaupun begitu, menyatakan secara tidak langsung suatu hubungan organisasional. Kelompok-kelompok dari gerakan perlawanan beroperasi secara independen akan mengorientasikan dirinya pada aktivitas RAF. Konsep ini di buat ringkas dalam slogan: “Front Dibentuk Sebagai Sebagai Gerakan Yang Bertempur!”
“Strategi Front” RAF tak memberi suatu kesuksesan yang penting. Hanya selama mogok makan oleh para tahanan RAF dimungkinkan memobilisasi kekuatan dari gerakan perlawanan yang lebih luas. “Aksi militer” RAF hanya dijalankan oleh lapisan menegah dari para pendukungnya. Kelompok ini, berbagai “Komite-komite Anti-Penyiksaan” dan kelompok-kelompok anti-fasis, dibentuk di tahun 1970-an untuk melakukan kerja-kerja membantu para tahanan bagi RAF.
Kelompok-kelompok antifa pada saat itu memahami fasisme sebagai “fasisme” nya Jerman Barat, terisrimewa sekali sebagaimana yang digambarkan oleh kondisi penjara dan kelakuan-kelakuan polisi negara. Dari sini muncul “kelompok anti-imperialis” yang berkembang diawal 1980-an. Titik fokus yang terbesar bagi “antiimp” adalah layanan pada tahanan. Sebagai tambahan untuk hal ini, komunike RAF dan aksi-aksinya didiskusikan dan sebuah upaya diciptakan untuk mengkomunikasikan hal ini didalam gerkan perlawanan yang lebih luas dan mendukung inisiatif yang serupa.
Tambahan untuk konsep fron, dalam 1980-an RAF juga membuat teori atas masalah “jaringan industrial-militer”. Hubungan yang tak terpisahkan dilihat antara militer, industri, dan elit politik di negara-negara imperialis. Oleh sebab itu, target serangan, dapat bukan hanya aparat militer dan represi, namun juga kaum industrialis dan politisi.
Tak lama setelah mempublikasikan Dokumen Mei, RAF menderita serangan yang berat pada bulan Nopember 1982. Dengan penangkapan Adelheid Schulz, Brigitte Mohnhaupt, dan Christian Klar, tiga anggota komando hilang. Kejadian sesudah penemuan tempat penyimpanan 13 senjata telah menghilangkan dari kelompok ini banyak dari infrastrukturnya. Tahun berikutnya juga ditandai dengan penindasan yang serius. Pada 1984, lagi 9 anggota RAF dipenjara, dan tak ada serangan dilakukan selama periode ini.
Ofensif Baru
Baru hingga Desember 1984 RAF menjalankan aksinya yang lagi, serangan bom yang gagal pada sekolah perwira NATO di Oberammergau. Mogok makan yang lain juga dimulai pada Desember 1984, dan berakhir hingga Pebruari 1985. Mogok makan ini barengi oleh gelombang serangan yang hingga sekarang dianggap unik didalam sejarah RAF. Bukan hanya spektrum antiimp, kancah autonomist juga dimobilisir mendukung mogok makan. Dalam waktu delapan minggu dari Desember sampai Pebruari paling kurang terdapat 39 pembakaran bangunan besar-besaran dan serangan bom dan juga sejumlah aksi yang lebih kecil. Pada 20 Januari 1985, terjadi serangan bom pada sebuah pusat komputer di Stuttgart-Vaihingen. Bom meledak secara prematur dan membunuh Johannes Thimme. Komradnya Claudia Wannersdorfer terluka serius dan ditangkap.
“Gerilya Eropa Barat”
RAF dan kempok Perancis “Action Directe” (AD) mengeluarkan sebuah komunike bersama bulan Januari 1985. Berjudul “Untuk Persatuan Kaum Revolusioner di Eropa Barat!”, dokumen tersebut mempropaganda pembentukan sebuah “gerilya di Eropa Barat”. Di akhir Januari, AD mengeksekusi Jenderal Rene Audran. Pada 1 Pebruari, sebuah komando RAF menembak dan membunuh industrialis senjata Ernst Zimmermann. Kedua Komando mengarahkan aksi mereka diarahkan untuk membantu yang lainnya. Dalam komunike menyusul penyerangan Zimmermann, RAF menyerukan para tahanan mengakhiri mogok makan mereka, yang segera terjadi. “Gerilya Eropa Barat Sedang Mengoyang Sistem Imperialis merupakan slogan yang menyatukan RAF, AD, dan kelompok tempur Belgia Sel-sel Tempur Komunis (CCC) tahun 1985. Meskipun terdapat sejumlah perbedaan ideologis dengan kelompok yang terakhir, aksi kelompok-kelompok tersebut diarahkan untuk membantu satu sama lain, dan kelompok-kelompok tersebut saling berkerjasama dalam hal logistik. Dalam media, “gerilya Daerah Eropa Barat” menjadi musuh publik nomor satu, dan konsep tersebut sangat kontroversial didalam kaum militan kiri. Dengan penangkapan anggota terkemuka CCC bulan Desember 1985 dan penangkapan empat anggota AD Pebruari 1987, dua kelompok tersebut terhenti kehadirannya. Itu mengakhiri sejarah pendek “gerilya daerah Eropa Barat”.
Penyerangan Pangkalan Udara
Bulan Agustus 1985, RAF membom Pangkalan Undara Rhein Main Angkatan Udara AS. Agar mendapat akses ke pangkalan, komando RAF membutuhkan sebuah Kartu Identitas orang Amerika, jadi mereka menyeret seorang prajurit AS bernama Pimental keluar dari sebuah diskotik disuatu larut malam. Dia kemudian dibunuh didalam hutan untuk menghindari menjadi seorang saksi. Dua orang yang lain tewas dalam serangan bom di pangkalan tersebut.
Spektrum kaum militan melihat secara kritis serang tersebut, terutama sekali mengenai kematian Pimental, yang disebut RAF “kebutuhan saat praktek”. Semua pencapaian gerakan perlawanan yang telah diciptakan selama mogok makan sekarang hilang. Kritisisme menjadi sangat hebat hingga memaksa RAF meresponnya. Pada Januari 1986, RAF engeluarkan sebuah dokumen yang diberi judul “Kepada Mereka Yang Berjuang Bersama Kami”. Dimulai dengan baris yang berbunyi: “Hari ini, kami katakan bahwa penembakan prajurit AS tersebut dalam situasi konkrit di musim panas lalu merupakan sebuah kesalahan yang telah menghalangi efek serangan ke pangkalan dan perbincangan mengenai orientasi aksi politik-militer, dan ofensif secara keseluruhan.”
Latar belakang konsesi oleh RAF adalah Konggres Anti-Imperialis Internasional yang diadakan di Frankfurt dari 31 Januari hingga 4 Februari, 1986. Konferensi ini, diorganisir oleh spektrum antiimp, dihadiri oleh perwakilan dari seluruh Eropa dan Amerika Latin dan menjadi sumber perhatian/great interest karena lebih dari seribu orang mengambil bagian. Walaupun ada ancaman pelarangan, konggres tersebut dilangsungkan juga, namun tidak sukses. Kalangan Autonomists secara khusus menyuarakan kritisisme yang hebat, terutama berkaitan dengan penembakan prajurit AS tersebut, tapi kitik mereka ditujukan pada konsep RAF secara keseluruhan.
Di musim panas 1986, RAF memulai kembali kampanye pembunuhannya: Beckurts, kepala korporasi Siemens, dan supirnya tewas dalam serangan bom bulan; pada Oktober, Braunmuhl, direktur kementerian pada Kementerian Luar Negeri, ditembak. Dengan kata lain, tidak ada perubahan fundamental dalam strategi RAF dan kelompok tersebut tetap terisolasi dari sektor-sektor yang luas dari gerkan kaum militan. Tapi represi dari aparatus negara: pada 1986, anggota RAF Eva Haule-Frimpong ditangkap. Sampai 1993, negara tidak mampu menangkap anggota RAF yang lain. Tapi kancah anti-imperialis menderita rangkaian pengrebekan, penangkapan dan pengaduilan tanpa.
Lereng Terakhir Ke Penghabisan
Setelah tergelincir aksi tahun 1987, RAF merubah strateginya mulai 1988. Target penyerangan serangan meiliki beberapa hubungan dengan tema gerakan perlawanan di Jerman.
Serangan yang gagal atas Sekretaris Keuangan, Tietmeyer di bukan September 1988 dihubungkan dengan keterlibatannya dalam konggres tahunan IMF. Dan saat kepala Deutsche Bank, Herrhausen, tewas dalam serangan bom di bulan Nopember 1989, komunike RAF untuk aksi tersebut juga mengarah kepada IMF dan Bank Dunia. Hingga 1991 terdapat serangkaian serangan gagal yang terjadi kadang-kadang oleh RAF, dan komunike-komunikenya menjadi bertambah tidak terpusat. Pada 1 April, 1991, sebuah komando RAF menembak dan menewaskan Rohwedder, kepala “Treuhandanstalt”, badan negara yang ditugaskan menjual aset-aset industri di bekas Jerman Timur. RAF menyatakan dalam komunike mereka bahwa mereka dimasa-masa akan datang, akan, mengarahkan dirinya lebih kepada menceburkan diri dalam perjuangan sosial. Serangan atas Rohwedder dimaksudkan sebagai sarana untuk mempengaruhi perlawanan yang dibayangkan dilakukan orang-orang Jerman Timur terhadap restrukurisasi kapitalis.
Juga pada waktu-waktu itu kontak-kontak antara RAF dan Kementerian Keamanan Negara DD, atau “Stasi” sejak permualaan 1980-an diketahui. Bekas-bekas anggota RAF yang menjadi perlindungan di Jerman Timur ditangkap dan menjadi saksi negara dalam pengadilan melawan kawan-kawanya dulu. Kontak-kontak Stasi, saksi negara ini, ketaksepakatan diantara para tahanan, dan penampakan kekurangan kejernihan diantara mereka-mereka yang masih bergerak dibawah tanah membawa kepada pembubaran banyak kelompok-kelompok anti-imperialis. Pada April 1992, RAF mengeluarkan statemen mengemukakan re-orientasi politik mereka. Runtuhnya sosialisme yang telah berdiri dan mundurnya gerakan pembebasan di Tiga Benua telah menciptakan situasi yang benar-benar berbeda. Pendekatan vanguard kelompok telah digantikankan dengan penciptaan “kekuatan-kontra dari bawah”. Statemen tersebut meneruskan dengan mengatakan: “Kami telah memutuskan untuk menarik mundur ekskalasinya. Itu berarti kami akan menahan serangan atas perwakilan modal dan negara selama masa, proses yang sangat diperlukan ini.” (Komunike RAF, 10 April, 1992) Serangan terakhir RAF dijalankan Maret 1993. Segera sebelum penyelesaiannya, penjara Weiterstadt yang baru diledakkan.
Pukulan terakhir berhubungan dengan RAF terjadi bulan Juni 1993. Selama lebih dari setahun, negara Jerman mampu untuk mengupayakan salah satu mata-matanya, Klaus Steinmetz, mendekati tingkat komando dari RAF. Pada Juni 1993, Steinmetz menemui anggota RAF di restoran stasiun kereta api didalam kota Bad Kleinen. Pertemuan tersebut diintai oleh polisi. Selama penangkapan yang menyusul, anggota RAF Wolfgang Grams terbunuh dan Birgit Hogefeld ditangkap.
Front Militant
Front anti-imperialis dipropagandakan dalam Dokumen Mei RAF di tahun 1982 tak menemukan banyak gaung dalam kancah kaum kiri. Dalam rangka keluar dari situasi ini, RAF mengambil inisiatif sebuah “ofensif total”. Pada 4 Desember, 1984, tahanan-tahanan RAF, sebagaimana juga para tahanan lain yang bersolidaritas dengan mereka, melancarkan aksi mogok makan sembilan minggu. Perjuangan oleh para tahanan disertai oleh gelombang serangan. Untuk pertama kalinya, spektrum anti-imperialis menjalankan serangan bom besar-besaran. Sebagai banntuan atas usaha ini, sebuah surat kabar bawah tanah foto-kopian yang dinamakan “Zusammen Kaempfen” (“Berjuang Bersama”) muncul pada akhir 1984. Topik keluaran pertama adalah aksi mogok makan, dan serangkaian komunike aksi yang dilakukan “kaum militan bawah tanah” dari sembilan kelompok diterbitkan.
Militan-militan ini melihat dirinya sebagai bagian dari fron anti-imperialis Eropa Bagian Barat, mereka bertindak dalam konteks politik RAF. Konsep mereka mengenai “proyek-proyek militan yang terkoodinasi”, untuk membuka tingkatan baru dalam konfrontrasi, berada dalam satu garis dengan yang dikemukankan dalam Dokumen Mei. Kaum militan, seperti RAF, melihat dirinya sebagai kaum internasionalis. Itulah mengapa mereka menamakan komando-komando mereka dengan nama para martir anti-imperialis luar negeri. Mulai tahun 1986, militant mulai menandatangani komunike-komunike mereka sebagai “Unit Tempur”, dengan nama komando yang serupa sama seperti RAF.
Para aktivis bawah tanah ini terutama sekali menjalankan serangan bahan peledak dan pembakaran dengan tingkat teknis yang matang. Sebagai contoh, satu “Unit Tempur” meledakkan sebuah bom mobil diluar kantor pusat “Verfassungsschutz”, badan intelejen federal, di Cologne. Militan-militan ini tak pernah menjalankan serangan penembakan tidak juga mengarahkan aksi mereka terhadap orang tertentu
Militan melancarkan sembilan serangan di tahun 1986. Capaian tertinggi ini dalam aktivitas mereka diikuti gelombang represi. Pada 1986, banyak orang dari spektrum antiimp ditangkap dan dijatuhi hukuman karena serangan Unit Tempur. Ini dengan sementara menghentikan serangan oleh militan. Tapi surat kabar “Zusammen Kämpfen” masih dipublikasikan secara berkala hingga 1991. Setelah serangan RAF atas kepala Deutsche Bank Nopember 1989, Unit Tempur melancarkan empat serangan antara Desember 1989 dan Februari 1990. Dua bom terdeteksi dan dilucuti. Setelah itu tak ada lagi aksi Unit Tempur.
‘De Knipselkrant’
Publikasi menyangkut kelompok-kelompok bersenjata juga diterbitkan di Belanda, “De Knipselkrant”. Dokumen tersebut mendefinisikan diri sebagai militan, terbitan revolusioner dengan fokus internasionalis. Surat kabar tersebut berisikan kumpulan artikel surat kabar, komunike, dan laporan-laporan dari seluruh dunia. Jarang terdapat suatu editorial. Sebagai sarana dokumentasi, komunike dari negeri-negeri berbeda diterbitkan dalam bahasa asli mereka. Ada teks dalam bahasa Inggris, Belanda dan Jerman, well as terjemahan bahasa Jerman dari banyak teks. “De Knipselkrant” menjadi organ gerilya Eropa Bagian Barat dan menampilkan posisi RAF. Diterbitkan setiap dua kali seminggu, surat kabar tersebut membuat dimungkinkannya mendapatkan pertukaran informasi yang terus menerus. Komunike dan teks dari RAF dan kelompok lain dapat dikirim ke langganan di Jerman, sambil menghindari represi dari pihak otoritas Jerman. Pada 1988, terjadi konflik diantara editor “De Knipselkrant” dan persengketaan dengan kaum autonomists di Amsterdam. Konflik ini membawa berakhirnya proyek tersebut di awal 1989.
Sel Revolusioner (RZ)
Di tahun 1973, Sel Revolusioner (RZ) menjadi kelompok ketiga di Jerman Barat yang mengangkat senjata. Walaupun RZ mengikuti konsep yang berbeda dibanding Gerakan Dua Juni dan RAF, ketiga-tiganya berbagi akar yang sama. Perang Vietnam merupakan penggerak utama yang membawa kepada pembentukkan RZ. Mereka, juga, ingin mengembangkan sebuah gerilya, dan sama seperti RAF, mereka memiliki hubungan erat dengan gerakan perlawanan orang-orang Palestina. Seperti apa tepatnya kedekatan hubungan RAF dan RZ tersebut dengan orang-orang Palestina diperlihatkan oleh aksi pertama yang memberikan RZ pengakuan international. Dibawah kepemimpinan salah satu “teroris peringkat atas” yang paling dicari diseluruh dunia, Ilich Ramirez-Sanchez, dikenal dengan nama lain sebagai “Carlos”, satu komando berkebangsaan campuran Jerman-Palestina menyerbu Pertemuan Puncak OPEC di Wina bulan Desember 1975 dan mengambil 11 menteri puncak pemerintahan sebagai sandera. Saat komando menyerbu bangunan tersebut, tiga anggota kesatuan keamanan tewas, dan anggota RZ Hans-Joachim Klein terluka parah. Sebagai tambahan untuk terlukanya Klein, anggota RAF Gabriele Krocher-Tiedemann juga mengambil bagian dalam aksi tersebut. Aksi penculikan didesain untuk meletakkan tekanan pada negara-negara Arab untuk mengambil kedudukan yang tegas melawan Israel. Para menteri tersebut kesemuanya dibebaskan di Afrika Utara, dan komando menghilang. Pada akhir Juni 1976, sebuah komando terdiri dari dua orang Palestina dan anggota RZ Brigitte Kuhlmann dan Wilfried Bose membajak pesawat penumpang Air France dengan 257 orang diatasnya. Aksi ini didesain untuk memenangkan kebebasan tahanan politik didalam penjara Jerman dan Israel.
Pesawat berangkat dari Tel Aviv dan sejumlah besar penumpangnya adalah orang Israel. Aksi tersebut didesain untuk memberi tekanan pada pemerintahan di Jerusalem. Setelah memaksa pesawat mendarat di Entebbe, Uganda, semua sandera bukan Yahudi dibebaskan. Pada 4 Juli 1976, satu unit pasukan khusus Israel menyerbu pesawat dan membebaskan para sandera. Semua anggota komando terbunuh.
Rote Zora
Didalam konteks RZ, sebuah organisasi perempuan yang bersifat otonom yang dinamakan “Rote Zora” berkembang. Meskipun Rote Zora mengikuti konsep fundamental yang sama dengan RZ, kelompok tersebut merupakan ekspresi feminis radikal dari gerakan perempuan. Tapi kelompok tersebut tidak hanya semata-mata memfokuskan diri pada isu-isu perempuan, dan Rote Zora menjalankan aksinya sebagai bagian dari kampanye RZ, sebagai contoh melawan pertemuan puncak NATO tahun 1982.
Salah satu dari aksi Rote Zora yang paling terkenal dan sukses muncul tahun 1987: Sementara buruh perempuan Korea sedang melakukan mogok melawan korporasi tekstil Adler, yang mendorong produksinya karena harga tenaga buruh yang murah di Korea, Rote Zora mendukung usaha pemogokan para perempuan tersebut. Satu malam di Juni 1987, terjadi serangkaian peledakan bom api yang ditujukan melawan rantai pertokoan Adler. Korporasi segera menyerah pada tuntutan buruh perempuan Korea yang sedang mogok.
Represi Terhadap RZ di Jerman
Sebuah film yang berjudul “Operasi Entebbe” dibuat mengenai drama penyanderaan Entebbe dan aksi tentara Israel. RZ berusaha menghentikan pemutaran film dengan serangan bom api. Setelah satu aksi pada Januari 1977, Enno Schwalm dan Gerhard Albartus ditangkap. Polisi menemukan persenjataan, amunisi, identitas palsu, dan rencana untuk aksi mendatang. Kedua lelaki tersebut dikenai hukuman karena “keanggotaan dalam organisasi teroris” dan dijatuhi hukuman beberapa tahun didalam penjara.
Menyusul gelombang serangan Rote Zora terhadap Adler, serangkaian pengrebekan di rumah dilaksanakan terhadap 33 orang diseluruh Jerman dibulan Desember 1987. Ingrid Strobl dan Ulla Penselin ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara Juni 1989 karena memberi dukungan kepada Rote Zora. Hanya ini dua kali kesempatan ketika individu dihukum karena keanggotaan dalam atau mendukung RZ.
Perubahan
RZ mengalami perubahan pada strukturnya pada akhir 1970-an. Menyusul aksi Entebbe, yang diakui dilakukan oleh “Seksi Internasional” RZ, salah satu bagian dari gerakan RZ memutuskan kontak dengan gerakan perlawanan Palestina. Terjadi konflik internal, yang didiskusikan dalam dokumen “Gerd Albartus telah Mati”, dipublikasikan di bulan Desember 1991: “He shared the criticisms of other comrades, dengan siapa kami telah melakukan diskusi yang sengit, hingga ke tingkat perpecahan, karena keputusan kami untuk memutuskan kontak internasional. Ia merasa the reduction pada struktur kami merupakan sebuah kelemahan, bahwa mendiskusikan perbedaan politik menunjukkan suatu perpecahan. … For the deceptive advantage, ia katakan, of a ‘clean slate’, kami telah membawa RZ to the level of leftist small group militancy and abandoned all claims of guerrilla struggle.”
Sekelompok kecil aktifis RZ tetap setia kepada pendekatan mereka yang sebelumnya. Kontak-kontak dengan PFLP (Popular Front for the Liberation of Palestine), sebuah kelompok perlawanan Palestina kecil, tetap dipelihara. Tapi RZ di Jerman membuat pemutusan secara tuntas dengan tradisi ini. Tak ada hubungan apapun antara keduanya, baik dalam konsep juga dalam logistik. Pada 1982, sejumlah orang berkebangsaan Jerman ditangkap di Roma dan Paris karena membawa bahan peledak dan senjata untuk gerakan perlawan Palestina. Gerd Albartus kembali ke Lebanon di bulan Desember 1987 dan, denga sebab-sebab yang sampai saat ini belum jelas, diadili dan dieksekusi oleh kelompoknya sendiri.
Popularitas RZ
Popularitas RZ diantara kaum militan kiri sebagian disebabkan variasi bentuk-bentuk aksi mereka, dengan segala dari/ with everything from membagi-bagikan tiket kereta api yang telah dipalsukan hingga melakukan pemboman. Faktor lainnya yang penting adalah strategi RZ di tahun 1980-an adalah tidak membunuh manusia. Ketika Menteri Ekonomi untuk negara bagian Hesse, seorang laki-laki yang bernama Karry, meninggal selama penyerangan RZ memprotes konstruksi landasan pacu bandara Startbahn West, kelompok tersebut mendapat banyak kritik. Tak ada lagi kematian dari serangan-serangan RZ setelah peristiwa tersebut.
Konsep atau Organisasi?
RZ lebih menyerupai konsep dibanding sebuah organisasi. Slogan “Ciptakan Banyak Sel-sel Revolusioner!” merupakan sebuah seruan bagi setiap orang untuk menjalankan aksi-aksi RZ. Orientasi politiknya adalah kepada gerakan yang sedang berlangsung, dan diskusi-diskusi digalakkan dengan alat komunike-komunike dan teks-teks lain. Ini berbeda dari konsepsi RZ yang awal. Pada awalnya, RZ menginginkan menjadi sebuah inti yang terorganisir, berkait dengan gerakan dengan tujuan meradikalisir mereka dan akhirnya membentuk gerakan gerilya. Dengan tanpa benar-benar membuang tujuan awal ini, pandangan lama bertansformasi. Terdapat juga perkembangan yang tidak seimbang didalam RZ. Ada sejumlah RZ, sering disebut RZ Tradisional, yang mengadaptasi model lama, kemudian ada orang-orang yang hanya sekedar menggunakan nama RZ untuk menjalankan aksi-aksi – dengan kata lain, itu hampir seperti terdapat RZ yang terorganisir dan tak terorganisir sekaligus
Konsep RZ di tahun 1980-an
RZ menolak politik kepeloporan dari kelompok-kelompok semacam RAF. Berikut adalah sebuah kutipan dari “Delapan tahun RZ – Two Steps Forward In The Struggle For The Minds Of People, And Our Own”, sebuah teks RZ yang disiarkan di 1981: “…Kami pikir tidak mungkin untuk menjalankan serangan terhadap lembaga-lembaga pusat pemerintahan: We can’t pose the question of power! Kami tidak sedang melangsungkan peperangan! Sebaliknya, kami sedang berada pada permulaan perjuangan yang panjang dan sulit untuk memenangkan hati dan pikiran rakyat – bukannya langkah pertama menuju sebuah kemenangan militer”. RZ menganjurkan perjuangan bersenjata dari status legalitas. Hal itu menunutun penyelidik negara untuk menyebut mereka “weekend terrorists”, tapi pendekatan RZ terbukti berhasil. Anggota-anggota RZ yang anonim dapat mengikuti efek dari aksi-aksi mereka secara langsung dan membawanya kedalam pergerakan. Karena anggota-anggota RZ tidak diketahui, tetapi juga tidak hidup dibawah tanah, mereka lebih terlindung dari represi. Hal demikian tidak berlaku bagi anggota-anggota RAF, bagi mereka menghabiskan seluruh hidup dalam ilegalitas merupakan salah satu prasyarat.
Akhir dari gerakan RZ
Konsep RZ concept hanya dapat berfungsi in correspondence with pergerakan yang lebih luas. Tanpa pergerakan semacam itu, RZ terreduksi hingga menjadi sebuah bentuk aksi bersenjata, terisolir dan dekat dengan kepunahan. Itu tepatnya yang terjadi di pertengahan 1980-an dengan penurunan gerakan otonomis.
Di tahun 1986, RZ memulai sebuah kampanye militan melawan deportasi polisi dan otoritas dengan slogan, “For Free Floods! Berjuang Untuk Hak Tinggal bagi Pengungsi dan Immigran!” Ini merupakan sebuah perpisahan dari konsep baru RZ. Tidak terdapat pergerakan luas yang sedang mendukung para pengungsi dan kaum imigran dimana RZ dapat melakukan kerja-kerja, tidak juga sebuah gerakan luas didalam kiri radikal dengan fokus semcam ini. RZ mencoba memulai suatu pergerakan dengan tangan mereka sendiri. Dalam teks yang berjudul “Akhir dari Politik Kita” yang dikeluarkan January 1992, RZ menyatakan: “Kami melihat kemungkinan dalam hubungan kami dengan tema-tema sosial dan kampanye pengungsi untuk menciptakan sebuah lingkungan aksi baru untuk solidaritas internasional di metropolit-metropolit dan membukanya dengan tangan kami sendiri”.
Pada Januari 1991, RZ mengakhiri kampanye, dan setahun kemudian sebuah pernyataab mengenai pembubaran gerakan RZ dikeluarkan. Meskipun beberapa serangan masih dijalankan dengan nama RZ, itu tidak meluputkan fakta bahwa konsepsi RZ menemui jalan buntu dalam situasi-situasi 1990-an.
0 komentar:
Posting Komentar