As We Don't See It


Ketika, di tahun 1967, kami mempublikasikan “As We See It” kami merasa dokumen tersebut telah sekaligus akurat dan sebuah ikhtisar yang lumayan ringkas akan pandangan-pandangan kami. Alternatif-alternatif telah diskusikan dan setiap upaya yang mungkin telah kami lakukan untuk menghindarkan sikap bimbang. Kami pikir kami telah menghasilkan teks yang cukup terus terang,penerimaan yang semestinya jadi pijakan pokok kepercayaan kepada kelompok SOLIDARITY.

Setelah bertahun-tahun kami menyadari bahwa kami telah keliru, ada pada sesuatu yang salah dengan dokumen - atau dengan beberapa orang yang telah membacanya. Atau kemungkinan ada suatu persoalan dengan kami - karena telah menganggap teks tersebut sebagai penjelasan-pribadi. Kaum radikal terus saja mengatakan kepada kami bahwa mereka setuju dengan setiap kata dari pernyataan tersebut ... disaat berikutnya bertanya kepada kami mengapa kami tidak melakukan kerja faksi didalam Partai Buruh (Labour Party), atau hidup dalam komune-komune, atau berkampanye bagi S.B (Serikat Buruh) “kiri”, atau memuji-muji Black Panther atau rejim anti-imperialis Karume di Zanzibar, atau berpartisipasi dalam agitasi anti-Pasar Bersama. Beberapa orang bahkan menanyakan mengapa kami tidak mendukung pendirian sebuah, Partai Leninis yang revolusioner.

Kami sekarang merasakan perlunya memberi sentuhan akhir pada dokumen ini. Yang hadir selanjutnya adalah sebuah upaya untuk menyatakan pemikiran yang tadinya hanya berupa saran secara lebih terbuka, dan merumuskan saran yang tadinya hanya dinyatakan secara tidak langsung. "As We Don't See It" akan menyampaikan isi pokok yang umum tentang apa yang ingin kami nyatakan terbuka. Dalam upaya menghindari kebingungan lebih jauh kami juga akan mendiskusikan beberapa hal yang tidak dibahas dalam teks asli. Disini kami mencetak ulang kedua teks: pertama As We See It yang asli, kemudian uraian-uraian kami.
* * *

AS WE SEE IT

  1. Diseluruh dunia sebagian besar rakyat tidak memiliki kontrol apapun atas keputusan-keputusan yang paling mendalam dan secara langsung mempengaruhi kehidupan mereka. Mereka menjual kekuatan kerja mereka sementara yang lain yang memiliki dan mengontrol alat-alat produksi menumpuk kekayaan, menciptakan peraturan-peraturan dan menggunakan seluruh mesin Negara untuk memperkuat dan mengekalkan kedudukan mereka yang istimewa.
  2. Selama seabad terakhir standar kehidupan rakyat pekerja mengalami peningkatan.Tapi perbaikan dalam standar kehidupan ini, nasionalisasi atas alat-alat produksi,berkuasanya partai-partai yang mengklaim dirinya mewakili kelas pekerja tidak juga mengubah secara mendasar status para pekerja sebagai pekerja. Mereka juga tidak memberikan kepada sebagian besar umat manusia lebih banyak kebebasan diluar penjara produksi. Baik di Timur dan Barat, kapitalisme tetap saja sebagai tipe masyarakat tak berprikemanusiaan dimana bagian terbesarnya dikontrol di tempat kerja dan dimanipulasi dalam hal konsumsi dan kesenangan. Propaganda dan kepolisian, penjara dan sekolah, nilai-nilai tradisional dan moralitas tradisonal semua bertugas memperkuat kekuasaan segelintir orang dan menyakinkan atau memaksa yang banyak untuk menerima sistem yang brutal, merosot dan irasional. Dunia “Komunis” ternyata bukan komunis dan dunia “Bebas” ternyata tidak bebas.
  3. Serikat buruh dan partai-partai kiri tradisional memulai gerakannya untuk merubah kesemuanya ini. Namun mereka telah berdamai dengan pola-pola eksploitasi yang ada. Dalam kenyataannya mereka kini penting jikalau masyarakat yang dihisap ingin terus berjalan dengan mulus. Serikat buruh bertindak sebagai penengah dalam pasar tenaga kerja. Partai-partai politik mempergunakan perjuangan dan aspirasi kelas pekerja untuk tujuan-tujuan mereka sendiri. Kemerosotan organisasi rakyat pekerja, hal itu sendiri adalah hasil dari kesalahan gerakan revolusioner, telah menjadi faktor utama yang telah menciptakan sikap apatis kelas pekerja, yang pada gilirannya telah menuntun kearah kemerosotan lebih jauh baik partai dan serikat buruh.
  4. Serikat buruh dan partai-partai politik tidak dapat diperbaiki, “direbut”, atau dialihkan menjadi instrumen emansipasi kelas pekerja. Bagaimanapun kami tidak berseru bagi pembentukan serikat buruh-serikat buruh baru, yang dalam kondisi-kondisi saat ini akan menderita takdir yang sama dengan yang lama. Kami juga tidak berseru kepada kaum militan untuk merobek kartu anggota serikat buruh yang mereka miliki. Tujuan kami sekedar bahwa para pekerja sendirilah yang mesti memutuskan sasaran dari perjuangan mereka dan bahwa kontrol dan organisasi dari perjuangan ini harus tetap sungguh-sungguh berada ditangan mereka. Bentuk-bentuk aktivitas-mandiri kelas pekerja boleh jadi sangat berubah-ubah dari suatu negeri ke negeri lain dan dari industri satu ke industri yang lain. Muatan dasarnya tidak.
  5. Sosialisme bukan hanya kepemilikan dan kontrol bersama atas alat-alat produksi dan distribusi. Ia juga berarti kesetaraan, kebebasan yang sebenar-benarnya, pengakuan yang bersifat timbal balik dan sebuah transformasi radikal dalam segala hubungan manusia. Ia merupakan “kesadaran-diri manusia yang positif”. Ia merupakan pemahaman manusia akan diri dan lingkungannya, penguasaannya atas hasil kerja dan atas segala institusi sosial yang butuh ia ciptakan. Ini bukanlah aspek-aspek yang bersifat sekunder, yang akan terjadi secara otomatis menyusul perampasan terhadap kelas penguasa lama, sebaliknya hal-hal tersebut merupakan bagian yang penting dari seluruh proses transformasi sosial, karena tanpanya tak akan ada transformasi sosial sejati akan dapat berlangsung.
  6. Sebuah masyarakat sosialis karenanya hanya dapat didirikan dari bawah. Keputusan-keputusan menyangkut produksi dan kerja akan diemban oleh dewan pekerja yang tersusun dari delegasi-delegasi yang dipilih dan dapat tarik kembali, kebijakan di wilayah lain akan diambil diatas basis diskusi dan konsultasi yang seluas mungkin diantara rakyat secara keseluruhan. Proses mendemokratiskan masyarakat hingga ke akarnya yang paling bawah adalah apa yang kami maksud dengan “kekuasaan pekerja”.
  7. Aksi yang bermakna, bagi kaum revolusioner, adalah apapun yang dapat meningkatkan kepercayaan diri, otonomi, inisiatif, partisipasi, solidaritas, kecenderungan-kecenderungan kesetaraan dan aktivitas-mandiri dari massa dan apapun yang dapat membantu dalam usaha pemusnahan mistifikasi yang berlangsung terhadap mereka. Aksi yang hampa dan membahayakan adalah apapun yang memperkuat sikap pasif massa, sikap apatis, sikap sinis, pemisah-misahan mereka melalui hirarki, keterasingan, ketergantungan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu hal bagi mereka dan suatu taraf yang karenanya mereka dapat dimanipulasi oleh pihak lain - sekalipun oleh mereka yang katanya bertindak atas nama rakyat.
  8. Tidak ada kelas penguasa dalam sejarah yang pernah melepaskan kekuasaannya tanpa perjuangan dan penguasa-penguasa kita saat ini tidak mungkin menjadi suatu kekecualian. Kekuasaan hanya akan bisa dirampas dari mereka melalui aksi yang sadar, otonom oleh mayoritas terbesar rakyat sendiri. Pembangunan sosialisme memerlukan pemahaman dan partisipasi massa. Dengan struktur hirarkis yang kaku, dengan ide dan aktivitas-aktivitasnya, kedua tipe organisasi kaum sosial-demokrat dan Bolsevik tidak mendorong pemahaman semacam ini dan mencegah partisipasi semacam ini. Ide bahwa sosialisme entah bagaimana dapat dicapai oleh sebuah partai elit (“bagaimanapun revolusionernya”) yang bertindak “atas kepentingan” kelas pekerja adalah absurd dan sekaligus reaksioner.
  9. Kami tak dapat menerima pandangan bahwa dengan upayanya sendiri kelas pekerja hanya dapat mencapai suatu kesadaran serikat buruhisme. Kebalikan daripada itu kami percaya bahwa kondisi-kondisi kehidupannya dan pengalaman-pengalamannya dalam produksi secara terus-menerus merangsang kelas pekerja untuk mengadopsi prioritas-prioritas dan nilai-nilai dan mencari metode-metode Organisasi yangmenantang tatanan sosial dan pola pemikiran yang telah mapan. Tanggapan-tanggapan ini secara mutlak sosialis, di lain pihak, kelas pekerja terpecah-pecah, tanpa memiliki alat-alat komunikasi, dan berbagai bagiannya berada pada tingkat kesadaran dan keinsafan yang berbeda. Tugas Organisasi revolusioner adalah membantu memberi kesadaran proletarian mereka suatu kandungan yang terang-terangan sosialis, memberi bantuan praktis kepada perkerja dalam perjuangan, dan membantu mereka-mereka yang berada didaerah-daerah yang berbeda untuk pertukaran pengalaman dan menghubungkan mereka satu sama lain.
  10. Kami tidak memandang diri kami, sampai saat ini, sebentuk pemimpinan, tapi sekedar sebuah instrumen bertindak kelas pekerja. Fungsi SOLIDARITY adalah membantu mereka semua yang berkonflik dengan struktur sosial yang kini ada, baik dalam industri dan dalam masyarakat luas, menyamaratakan pengalaman mereka, membuat kitik total atas kondisi mereka dan sebab-sebab terjadinya, dan mengembangkan kesadaran massa revolusioner yang diperlukan jika masyarakat akan diubah secara total.
* * *
AS WE DON'T SEE IT

1. “Diseluruh dunia” bermakna tepat sebagaimana ia tertulis. Itu bukannya dimana-mana kecuali Sosial-Demokratik Swedia, Cuba dibawah Castro, Yugoslavia dibawah Tito, kibbutzim Israel atau Guinea Sekou Toure. "Diseluruh dunia" termasuk masa pra-Stalinis, Stalinis dan pasca-Stalinis Rusia, Aljazair Ben Bella dan Boumedienne dan Republik Rakyat Uzbekistan dan Vietnam Utara. Dimana saja, juga termasuk Albania (dan Cina). 
Komentar kami mengenai masyarakat kontemporer berlaku kepada semua negeri-negeri ini sama seperti kepada AS atau Inggris (baik dibawah pemerintahan Buruh ataupun Konservatif). Ketika kami bicara soal sekelompok minoritas yang mendapat kedudukan istimewa yang “mengontrol alat-alat produksi! Dan menggunakan segala mesin negara untuk mempertahankan dirinya dalam kekuasaan Kami melakukan sebuah kritik universal yang mana, pada saat ini, kami tidak melihat satupun kekecualian.
JADI TELAH SEWAJARNYA JIKA kami tidak menganggap salah satu dari negeri-negeri ini sebagai sosialis dan bahwa kami tidak bertindak seakan kami memiliki kecurigaan yang tersembunyi bahwa mungkin saja ada sesuatu yang berbeda dari apa adanya mereka: masyarakat kelas yang terstruktur secara hirarkis berdasarkan atas perbudakan upah dan eksploitasi. Identifikasi mereka dengan sosialisme - sekalipun sebagai variannya cacat - merupakan ejekan terhadap konsep dasar sosialisme (padahal, bentuk cacat sekalipun berbagi beberapa sifat dengan orang tuanya). Lagi pula hal tersebut merupakan sumber dari mistifiksi dan kebingungan tanpa akhir, telah sewajarnya dari asesmen dasar ini bahwa kami tidak mendukung Cina melawan Rusia, atau Rusia melawan Cina (atau memilih yang satu kemudian beralih kepada yang lain), bahwa kami tidak membawa bendera NLF (National Liberation Front - singkatan front pembebasan nasional Aljazair) pada demonstrasi-demonstrasi (musuh dari musuh kami tidak mesti adalah kawan kami), dan bahwa kami menahan diri untuk bergabung dalam paduan suara yang bermacam-macam yang menuntut semakin banyak perdagangan Timur-Barat, lebih banyak lagi Konferensi Tingkat Tinggi atau lebih banyak diplomasi ping-pong.
Di tiap negeri di dunia ini, kaum penguasa menindas: rakyat yang dikuasainya serta menganiaya kaum revolusioner sejati. Di setiap negeri musuh utama rakyat adalah kelas penguasa di dalam negerinya sendiri, dengan sendirinya hal ini dapat menyediakan basis bagi sebuah internasionalisme sejati kaum tertindas.

2. Sosialisme tidak dapat di samakan dengan “naiknya partai-partai yang mengklaim mewakili kelas pekerja ke tampuk kekuasaan”. Kekuasaan politik merupakan sebuah penipuan jika rakyat pekerja tidak mengambil alih dan tetap mempertahankan kekuasaan dalam produksi. Jika mereka memperoleh kekuasaan semacam ini, organ yang menggunakannya (Dewan Buruh - Workers Councils) akan menetapkan dan melaksanakan segala keputusan politik yang diperlukan. JADI TELAH SEWAJARNYA JIKA kami tidak menganjurkan pembentukan partai politik “yang lebih baik” atau “lebih revolusioner” yang mana fungsinya akan tetap saja “merebut kekuasaan negara”. Kekuasaan Partai dapat tumbuh dari ujung laras senapan. Kekuasaan kelas pekerja tumbuh dari pengeloaannya di bidang ekonomi dan masyarakat secara keseluruhan.

Sosialisme tidak dapat disamakan dengan langkah semacam “nasionalisasi atas alat produksi”. Hal ini mungkin membantu kaum penguasa dari berbagai kelas dalam masyarakat untuk merasionalkan sistem eksploitasi milik mereka dan memecahkan persoalan-persoalan mereka sendiri. Kami menolak untuk memilih antara opsi-opsi yang telah ditentukan oleh musuh kelas kami. JADI TELAH SEWAJARNYA JIKA kami tidak mendesakkan nasionalisasi (atau yang lainnya yang menyangkut persoalan tersebut) kepada pemerintah baik “kanan” ataupun “kiri”.

Bagian II menyatakan secara tidak langsung bahwa kapitalisme modern dapat mengembangkan lebih jauh alat-alat produksi. Dengan resiko, hal itu dapat meningkatkan standar kehidupan. Tetapi tak satupun dari hal ini punya kandungan sosialis. Siapa saja yang ingin makan tiga kali sehari dan prospek tentang pekerjaan yang abadi dapat menemukannya di semua penjara yang dikelola baik. JADI TELAH SEWAJARNYA JIKA kami tidak mengutuk kapitalisme semata-mata atas dasar ketidakcakapannya di bidang-bidang ini. Sosialisme, bagi kami, bukanlah soal radio transistor bagi para tahanan. Ia adalah soal penghancuran penjara industrial itu sendiri. Bukan sekedar soal roti yang lebih banyak, tetapi soal siapa yang menjalankan pabrik roti.

Bagian tersebut akhirnya menekankan metode berganda dengan apa sistem tersebut mengekalkan diri. Dengan menyebutkan propaganda sebagaimana juga kepolisian, sekolah, penjara, nilai-nilai tradisional dan moralitas tradisional juga metode pemaksaan secara fisik yang tradisional, bagian tersebut menekankan suatu rintangan penting terhadap tercapainya suatu masyarakat yang bebas, yakni fakta bahwa mayoritas terbesar dari yang dieksploitasi dan kaum yang telah termanipulasi telah mengambil untuk dirinya sendiri dan menerima sebagian besar norma-norma dan nilai sistem ini (sebagai contoh konsep-konsep semacam hirarki, pembagian masyarakat kedalam pemberi-perintah dan penerima-perintah, buruh upahan, dan pengkutuban peran seksual) dan menganggap pada hakekatnya rasional, Disebabkan semua hal ini TELAH SEWAJARNYA JIKA kami menolaknya sebagai gagasan yang tak lengkap (dan karenanya tidak mencukupi) orang-orang yang mempertalikan terus abadinya sistem ini melulu karena represi polisi atau “pengkhianatan” bermacam pemimpin politik atau serikat buruh.

Krisis nilai dan gecarnya orang mempertanyakan relasi otoritas kekuasaan merupakan, bagaimanapun juga, ciri masyarakat kontemporer yang sedang berkembang. Pertumbuhan krisis-krisis ini adalah salah satu dari prakondisi revolusi sosialis. Sosialisme hanya mungkin saat mayoritas rakyat mengerti kebutuhan untuk - perubahan sosial, menjadi sadar akan kemampuan mereka untuk mengubah masyarakat, memutuskan untuk menggunakan kekuatan kolektif mereka ke tujuan ini, dan mengetahui dengan apa mereka ingin menganti sistem yang ada saat ini. JADI TELAH SEWAJARNYA JIKA kami menolak analisis-analisis (seperti setiap variasi dari aliran leninis atau trotskyis) yang menetapkan krisis utama masyarakat modern sebagai sebuah “krisis kepemimpinan”. Mereka semua adalah serupa jenderal-jenderal yang mencari pasukan, yang bagi mereka jumlah rekrutmen adalah ukuran utama keberhasilan. Bagi kami perubahan revolusioner merupakan suatu persoalan kesadaran: kesadaran yang akan membuat para jenderal tidak diperlukan.

3. Ketika kami menunjuk kepada “partai-partai kiri tradisional” yang ada di kepala kami bukan hanya partai sosial-demokrat dan “komunis”. Partai-partai dengan tipe ini telah mengelola, mengelola dan akan terus mengelola masyarakat kelas yang ekploitatif, dengan sebutan “partai-partai kiri tradisional” kami juga memasukkan trad rev (tradisional revolusioner), yakni, berbagai sekte leninis, trotskyis dan maois yang menjadi penyebar ideologi kapitalis negara dan inti embrionik, kekuasaan kapitalis-negara yang represif.

Kelompok-kelompok ini merupakan gambaran sebelumnya dari tipe eksploitasi alternatif, Kritik mereka akan sosial demokrasi, “stalinis” atau “revisionis” kiri dapat terlihat cukup mematikan, tapi mereka tak pernah mempermasalahkan hal-hal fundamental (semacam struktur pengambilan keputusan, titik kekuasaan sebenarnya, keutamaan Partai, adanya hirarki, peningkatan ekstrem nilai lebih, terus kekalnya buruh upahan, dan ketidaksetaraan). Hal ini bukan tanpa sengaja dan berkembang dari kenyataan bahwa mereka sendiri menerima hal-hal mendasar ini, Ideologi borjuasi lebih tersebar jauh dibanding yang banyak dipercayai kaum revolusioner dan sebenarnya meresap kedalam pemikiran mereka secara mendalam. Dalam kerangka ini pernyataan Marx mengenai “ide yang dominan di setiap babak sejarah adalah ide-ide dari kelas yang berkuasa, adalah jauh lebih benar daripada yang disangka Marx.

Sejauh menyangkut masyarakat kelas yang otoriter (dan alternatif sosialis libertarian) trad rev merupakan bagian dari masalah, bukannya bagian dari solusi. Mereka-mereka yang menganut ideologi sosial-demokratik atau Bolshevik adalah sekaligus menjadikan diri mereka korban dari mistifikasi yang umum (dan segala upaya harus dilakukan untuk memusnahkan mitos mereka), atau mereka merupakan eksponen yang sadar dan penerima keuntungan atas sebuah bentuk kekuasaan kelas yang baru (dan mesti dengan tanpa ampun di bongkar). Dalam kedua kasus tadi TELAH SEWAJARNYA JIKA tak ada yang “sektarian” dalam pernyataan penentangan kami secara sistematis terhadap apa yang mereka perjuangkan. Jikalau tidak bertindak demikian akan sama seperti kami menghentikan kritik kami ditengah-tengah tatanan sosial yang sedang berlaku. Ini akan berarti berpartisipasi dalam proses mistifikasi bersama perpolitikan tradisional (dimana seseorang berpikir dan berkata lain) dan menyangkal hal yang paling mendasar dari keberadaan politik kami yang independen.

4. Karena partai-partai tradisional tak dapat di “reformasi”, “direbut”, atau dialih fungsikan menjadi instrumen emansipasi kelas pekerja - karena kami enggan untuk turut kehendak orang-orang dalam berpikir-mendua (doublethink) dan bicara mendua (double-talk) - JADI TELAH SEWAJARNYA JIKA kami tidak ikut serta dalam aktivitas-aktivitas seperti “dukungan kritis” kepada Partai Buruh di waktu-waktu pemilihan, menyerukan agar “Buruh Memerintah” di antara pemilihan umum, dan berpartisipasi dalam kegiatan menabur ilusi sebagaimana umumnya, lebih baik the better at a later date to “membawa rakyat melalui pengalaman” of seeing through them. Partai-partai Buruh dan Komunis mungkin saja sedikit Lebih Unggul daripada Partai Konservatif dalam hal menyetir kapitalisme swasta sepanjang jalan menuju ke kapitalisme negara. Kaum trad rev tentu saja akan terbukti lebih unggul dalam kedua hal. Tetapi kami tidak sedang menyerukan untuk membuat suatu pilihan dari hal-hal semacam ini: bukan menjadi peranan kaum revolusioner untuk menjadi bidan bagi bentuk-bentuk eksploitasi baru. JADI TELAH SEWAJARNYA JIKA kami lebih baik berjuang untuk apa yang kami cita-citakan (sekalipun kami tidak serta merta memperolehnya) ketimbang berjuang untuk apa yang tidak kami inginkan dan mendapatkannya. 
Birokrasi serikat buruh merupakan sebuah komponen yang esensial dari perkembangan masyarakat kapitalis negara, pemimpin-pemimpin serikat buruh bukanlah “berkhianat” ataupun “telah terjual” saat mereka memanipulasi perjuangan kelas pekerja dan mencoba berusaha menggunakannya untuk tujuan mereka sendiri. Mereka bukan “pengkhianat” saat mereka berusaha untuk meningkatkan balas jasa material atau mengurangi frekuensi kerja dimana dengan hal itu mereka harus menyerah pada pemilu - mereka sedang bertindak secara logis dan sesuai dengan kepentingan mereka sendiri, yang secara kebetulan berbeda dari kepentingan rakyat pekerja. JADI TELAH SEWAJARNYA JIKA kami tidak meminta rakyat untuk memilih pemimpin-pemimpin yang “lebih baik”, untuk “mendemokratiskan” serikat buruh atau untuk menciptakan serikat yang baru, yang mana dalam situasi saat ini akan menderita takdir yang sama persis. Semua ini adalah hal-hal “non-isu” yang tentangnya hanya mereka yang gagal merengkuh akar masalah sebenarnya yang dapat ditipu.

Kebutuhan yang riil adalah berkonsentrasi pada tugas positif dengan membangun alternatif (baik di dalam pemikiran rakyat dan dalam realitas) yakni organisasi-organisasi kerja yang otonom, yang terhubung dengan lainnya dalam industri yang sama dan tempat-tempat lain, dan dikontrol dari bawah. Cepat atau lambat organisasi demikian akan masuk kedalam konflik dengan organisasi yang telah ada yang mengklaim “mewakili” kelas pekerja (dan akan terlalu dini pada tahap ini menentukan bentuk-bentuk yang mungkin dari konflik ini), atau mereka akan
melangkahi organisasi lama sekaligus.

5. Bagian ini membedakan konsep kami tentang sosialisme dari yang hampir konsep-konsep kebanyakan yang lazim saat ini. Sosialisme, bagi kami, bukan hanya permasalahan reorganisasi ekonomi yang mana darinya keuntungan-keuntungan lain akan mengikuti “tanpa terelakkan”, tanpa secara sadar memperjuangkannya. Ia merupakan sebuah visi total mengenai sebuah masyarakat yang sama sekali berbeda, Visi demikian berkait dengan kritik total terhadap kapitalisme yang sebelumnya telah kami acu.

Kaum Sosial-demokrat dan Bolshevik mencela kesetaraan sebagai hal “utopis”, “borjuis-kecil” atau “anarkis”. Mereka menolak pembelaan terhadap kebebasan sebagai sesuatu yang “abstrak”, dan pengakuan yang saling timbal balik sebagai “humanisme-liberal”. Mereka akan mengakui bahwa transformasi radikal akan segala relasi sosial merupakan tujuan sah yang terutama, tetapi tak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang esensial, unsur yang penting dari proses perubahan bermakna yang sungguh-sungguh.

Ketika kita bicara tentang “kesadaran-diri manusia yang positif”dan tentang “pemahamannya akan diri dan lingkungannya” maksud kami membuang segala mitos dan segala kesadaran palsu (agama, nasionalisme, sikap patriarkis, percaya rasionalitas hirarkis, dan sebagainya) secara beragsur-angsur. Prakondisi dari kebebasan manusia adalah pemahaman semua hal yang membatasinya.

Kesadaran-diri positif secara tidak langsung menyatakan perpecahan berangsur-angsur dari keadaan schizoprenia akut dimana didalamnya - melalui pengkondisian dan mekanisme lain kebanyakkan orang berhasil menjinjing secara berbarengan ide-ide yang sebenarnya tak dapat diperbandingkan didalam kepala mereka. Itu artinya menerima pertalian, dan merasakan hubungan antara cara dan tujuan. Itu berarti membelejeti mereka-mereka yang mengorganisir konferensi-konferensi mengenai “kontrol kaum pekerja” .. , yang disampaikan oleh pejabat serikat buruh yang dipilih seumur hidup. Itu berarti menjelaskan dengan sabar tak dapat disandingkannya “kapitalisme Rakyat”, “sosialisme parlementer”, “komunisme Kristen”, “anarko-zionisme”, “dewan pekerja” yang dipimpin Partai”, dan segala macam sampah lain. Itu berarti memahami bahwa suatu masyarakat yang tidakmanipulatif takkan dapat dicapai dengan cara-cara manipulatif atau sebuah masyarakat tanpa kelas lewat struktur-struktur yang hirarkis. Upaya ini sekaligus memperoleh dan membagi pemahaman akan sulit dan panjang. Tak diragukan hal tersebut akan dperlakukan sebagai “kerja teori para intelektual” oleh setiap “voluntaris” atau “aktifis”, yang cenderung, berhasrat pada jalan potong ke tanah yang dijanjikan dan lebih peduli dengan pergerakan dibanding dengan arah gerakan.

Karena kami berpikir rakyat dapat dan mesti mengerti apa yang mereka lakukan, JADI TELAH SEWAJARNYA JIKA kami menolak banyak pendekatan-pendekatan yang telah begitu umum di dalam gerakan saat ini. Dalam praktek ini berarti menghindari penggunaan mitos-mitos revolusioner dan usaha memanipulasi konfrontasi, yang diharapkan untuk meningkatkan kesadaran. Yang mendasari kedua hal ini adalah asumsi tak terumuskan yang biasanya bahwa rakyat tak dapat mengerti realitas sosial dan bertindak secara rasional terhadap kepentingan mereka sendiri.

Berkait dengan penolakan kami akan mitos revolusioner adalah penolakan kami terhadap label politik yang siap-pakai. Kami tak butuh tuhan, sekalipun para dewa-dewi kaum marxis atau anarkis. Kami hidup bukannya di Petrograd tahun 1917 juga bukan di Barcelona tahun 1936. Kami adalah diri kami sendiri: produk dari “disintegrasi politik tradisional, di sebuah negeri industri maju, dipertengahan abad ke 20. Terhadap masalah dan konflik-konflik dari masyarakat tersebutlah kami harus menyesuaikan diri.

Meskipun kami menganggap diri kami bagian dari “kiri libertarian” kami berbeda dari kebanyakan unsur “kultural” atau “politik” bawah tanah (undergound). Kami tidak memiliki kesamaan, misalnya, dengan para pengusaha kecil, yang sekarang makmur atas kebingungan umum, yang secara bersamaan mempromosikan komoditi-komoditi tertentu seperti mistisisme ketimuran, magi hitam, pemujaan narkoba, ekspoitasi seksual (yang disamarkan sebagai pembebasan seksual) - membumbui semua itu dengan bongkahan besar mitologi populis. Penyebaran mitos dan pembelaan mereka akan “politik non sektarian” tidak mencegah mereka untuk mengambil, di dalam prakteknya, banyak pendirian rekasioner. Sebenarnya, mereka telah memastikannya. Dibawah slogan tolol “Mendukung rakyat yang berjuang”, kecenderungan-kecenderungan ini memberi dukungan terhadap berbagai nasionalisme (yang sekarang selalu reaksioner) seperti IRA dan semua NLF.

Unsur lain, yang menyebut diri mereka “marxis libertarian”, menderita rasa kebersalahan kelas menegah yang membuat mereka cenderung menjadi “pekerjais”. Walaupun begini, tindakan mereka reformis dan substitutionis. Misalnya, saat mereka (dengan tepat) mendukung perjuangan untuk tujuan-tujuan yang terbatas, semacam squatter atau Claimants Union, mereka gagal menekankan implikasi revolusioner dari aksi langsung (direct action) kolektif seperti itu. Menurut sejarah, aksi langsung telah seringkali memicu pertikaian sifat-dasar yang reformis dari tujuan yang hendak dikejar. Lagi pula, kecenderungan-kecenderungan yang mendukung IRA dan NLF dan menahan diri untuk mengkritik rejim Cuba, Vietnam utara atau Cina. Walau telah menolak Partai, mereka meski demikian berbagi bersama kaum leninis sebuah konsep borjuasi tentang kesadaran.

Karena kami pikir politik kami mesti bertalian secara logis kami juga menolak pendekatan-pendekatan mereka yang berada dalam gerakan libertarian yang menempatkan seluruh perhatian mereka pada kemerdekaan personal atau mereka-mereka yang berusaha mencari pemecahan individual terhadap apa yang merupakan masalah-masalah sosial. Kami menjauhkan diri kami dari mereka yang menyamakan kekerasan dari para penindas dengan kekerasan dari kaum tertindas (sebagai pengutukan kepada kekerasan yang berkembang), dan dari mereka-mereka yang menempatkan hak-hak para pemogok dalam tali piket diatas pijakan yang sama dengan hak para pemecah pemogokan (scabs) untuk bertindak (dengan suatu pembelaan “kebebasan sejati” yang abstrak). Sama halnya, anarkokatolikisme dan anarko-maoisme merupakan pandangan yang tidak koheren didalam dirinya sendiri, tak bisa dibandingkan dengan aktivitas-mandiri yang revolusioner.

Kami rasa bahwa mestilah ada beberapa kaitan antara visi kami tentang sosialisme dan dengan apa yang kami lakukan disini, sekarang. JADI TELAH SEWAJARNYA JIKA kami berusaha mencari sejak sekarang, dan dimulai dengan mereka-mereka yang dekat dengan kami, menggembosi beberapa dari mitos-mitos politik yang dipegang lebih luas. Ini tidak terbatas kepada “kanan” - dengan keyakinannya bahwa hirarki dan ketaksetaraan merupakan esensi dari kondisi kemanusiaan. Kami menganggapnya irasional (dan/atau tidak jujur) bahwa mereka yang bicara banyak soal massa (dan tentang kemampuan kelas pekerja untuk menciptakan sebuah masyarakat baru) paling kurang mestinya memiliki kepercayaan dalam kemampuan rakyat untuk tak bergantung pada pemimpin. Kami juga menganggap irasional bahwa banyak dari kaum radikal yang mendukung “perubahan sosial yang asli” mesti menggabungkan ke dalam ide, program dan resep organisasional mereka begitu banyak nilai, prioritas dan model yang katanya mereka tentang.

6. Saat kami katakan bahwa masyarakat sosialis akan “dibangun dari bawah”, maksud kami sungguh-sungguh seperti itu. Maksud kami bukan “diprakarsai dari atas dan kemudian disokong dari bawah”. Juga bukan “direncanakan dari atas dan setelah itu diperiksa dari bawah” yang kami maksud. Maksud kami seharusnya tidak ada pemisahan antara organ pengambil keputusan dan organ pelaksana. Inilah mengapa kami mendukung “manajemen” produksi oleh pekerja, dan menghindari tuntutan yang bersifat ambigu terhadap kontrol kaum “pekerja”. (Perbedaan -- baik teroritis maupun historis -- antara keduanya dijabarkan didalam pengantar buku kami mengenai “Kaum Bolsheviks dan Kontrol Pekerja: 1917 -1921”.)

Kami menyangkal organisasi revolusioner mempunyai hak istimewa tertentu dalam masa pasca-revolusioner, atau dalam membangun masyarakat baru, fungsi utamanya dalam periode ini adalah menekankan keutamaan dari Dewan Pekerja (dan badan-badan yang berlandaskan atasnya) sebagai instrumen otoritas keputusan, dan berjuang melawan semua yang berusaha memperkecil atau memotong otoritas ini - atau memberi kekuasaan ke tempat lain. Tidak seperti yang lainnya didalam gerakan kiri yang menepis pemikiran mengenai masyarakat baru sebagai “keasyikkan dengan dapur masa depan” kami telah menguraikan ide-ide kami mengenai struktur yang mungkin dari suatu masyarakat yang demikian dalam pamplet kami mengenai Dewan Pekerja.

7. Bagian ini kemungkinan merupakan bagian yang terpenting dan kurang dimengerti dari keseluruhan penyataan tersebut. Ia merupakan kunci bagaimana kami memandang praktek kami. Ia menegaskan ukuran yang mana dengannya kami dapat mendekati kehidupan politik tiap hari dan menggunakan sumber daya mental dan fisik kami secara rasional. Ia menjelaskan mengapa kami menganggap permasalah-permasalahan tertentu signifikan sementara yang lain ditepis sebagai “bukan isu” Didalam keterbatasan dari koherensi kami sendiri, ia menjelaskan isi dari dokumen kami.

Karena kami tidak menganggap hal-hal tersebut secara khusus relevan terhadap sikap-sikap dan kecakapan yang berusaha kami kembangkan, kami tak terbangkitkan dengan hal-hal seperti pemilu parlementer atau serikat buruh (mencari orang lain untuk melakukan hal bagi seseorang), Pasar Bersama atau krisis kemampuan tukar (keikutsertaan secara partisan dalam persoalan-persoalan penguasa tak membantu sama sekali kaum tertindas), atau mengenai perjuangan di Irlandia atau berbagai percobaan pengambilan kekuasaan di Afrika (“memihak”
dalam perjuangan yang dijalankan dibawah dominasi kesadaran palsu yang secara total reaksioner), Kami tak bisa mengabaikan peristiwa-peritiwa tersebut tanpa menyepelekan satu bagian dari realitas tapi paling kurang kami menghindar diri untuk memberkati mereka memiliki sesuatu yang relevan bagi sosialisme yang sebetulnya tidak mereka punyai. Kebalikannya kami pikir Revolusi Hongaria tahun 1956 dan peristiwa di Perancis bulan Mei 1968 adalah berarti secara mendalam (karena mereka berjuangan melawan birokrasi, dan usaha menjalankan pengelolaan-sendiri dalam konteks Timur maupun Barat).

Ukuran-ukuran ini juga membantu memperjelas sikap kami terhadap berbagai perselisihan industrial. Sementara kebanyakan merupakan tantangan kepada majikan, beberapa memiliki kandungan sosialis yang lebih dalam dibandingkan yang lain. Mengapa misalnya aksi-aksi “tidak resmi” atas kondisi-kondisi kerja, dilangsungkan dibawah kontrol ketat dari para anggotanya, biasanya lebih dalam artinya daripada aksi-aksi “resmi” mengenai mempertanyakan masalah upah, yang dijalankan dari kejauhan oleh para birokrat serikat buruh? Perihal perkembangan kesadaran sosialis bagaimana sebuah perjuangan dilaksanakan dan apa yang merupakan hal yang secara mendasar penting. Sosialisme, bagaimanapun juga, adalah mengenai siapa yang mengambil keputusan. Kami percaya ini perlu ditekankan, di dalam praktek, dari sekarang.

Dalam catatan perdebatan kami garis pembimbing kami adalah bahwa seseorang tidak bisa mengatur realitas, dan bahwa lebih banyak yang diperoleh dengan secara jujur menganalisa kesulitan-kesulitan daripada dengan tinggal dalam dunia mistik, dimana seseorang memaksakan kehendak terhadap realitas, JADI TELAH SEWAJARNYA JIKA kami berusaha menghindari irama “sok menang sendiri” (kenyataannya tukang manipulasi) yang disuarakan paling banyak mengenai laporan industrial dan begitu banyak “intervensi” trad rev.

Terakhir penekanan di dalam Bagian VII mengenai aktivitas-mandiri, dan peringatannya mengenai efek yang membahayakan dari manipulasi, substitutionisme atau ketergantungan kepada pihak lain untuk melakukan berbagai hal-hal bagi seseorang memiliki implikasi yang mendalam, relevan bagi organisasi kami.

8. Kami bukan pasifis. Kami tak memiliki ilusi tentang apa yang sedang kami hadapi. Dalam semua masyarakat kelas, lembaga kekerasan dengan berat tertuju dan secara terus menerus kepada yang tertindas. Tambah lagi penguasa dari masyarakat semacam ini selalu mengambil jalan kearah represi fisik dengan lebih terbuka saat kekuasaan dan hak-hak istimewa mereka terancam. Melawan represi oleh kelas penguasa kami mengesahkan hak rakyat untuk membela-diri, dengan cara apapun yang mungkin layak.

Kekuatan dari para penguasa hidup dari kebimbangan dan kebingungan dari yang dikuasai. Kekuatan mereka hanya akan bisa dikalahkan jika berhadapan dengan kita: kekuatan dari mayoritas yang sadar dan yang percaya-diri, tahu apa yang diinginkannya dan memutuskan untuk mendapatkannya. Dalam masyarakat industri modern kekuatan dari sebuah mayoritas macam ini akan terletak dimana ribuan orang berkerumun setiap hari, untuk menjual tenaga kerja dalam memproduksi barang dan jasa.

Sosialisme tak mungkin merupakan hasil dari sebuah putch, dari merebut sejumlah Istana, atau meledakkan sejumlah Markas Besar Partai atau Polisi, yang dijalankan “atas nama rakyat” atau “untuk mengembleng massa”. Jika tak berhasil, segala yang diperbuat tindakan seperti itu adalah menciptakan martir dan mitos - dan untuk memancing memperkuat represi. Jika “berhasil”, mereka hanya akan menggantikan satu minoritas berkuasa dengan yang lain, yaitu membawa sebuah bentuk baru masyarakat eksplotatif. Sosialisme juga tidak dapat diintrodusir oleh organisasi yang mereka sendiri terstruktur menurut pola otoritarian, birokratik, atau semi-militer. Segala yang dirikan organisasi-oraganisasi semacam ini (dan, jika “berhasil”, kemungkinan besar akan terus berdiri) adalah masyarakat menurut bayangan mereka sendiri.

Revolusi sosial bukan urusan Partai. Hal itu akan menjadi aksi dari mayoritas yang besar, bertindak dalam kepentingan mayoritas yang besar. Kegagalan sosialdemokrasi dan Bolshevisme merupakan kegagalan dari keseluruhan konsep politik, yang menurut konsep tersebut kaum tertindas dapat mempercayakan pembebasannya kepada pihak selain dirinya sendiri. Pengalaman ini secara berangsur-angsur memasuki kesadaran massa dan menyiapkan pijakan bagi sebuah revolusi yang membebaskan.

9. Karena kami menolak konsep Lenin bahwa kelas pekerja hanya dapat mengembangkan kesadaran serikat buruhisme (atau reformis) JADI TELAH SEWAJARNYA JIKA kami menolak resep kaum leninis bahwa kesadaran sosialis harus dibawa kepada rakyat dari luar, atau disuntikkan kedalam gerakan oleh para spesialis politik: kaum profesional revolusioner. Selanjutnya wajar jika kami tidak dapat berkelakuan seakan-akan kami memegang kepercayaan semacam itu. Kesadaran massa, betapapun, tak pernah merupakan kesadaran teoritis, diperoleh secara individual lewat mempelajari buku. Dalam masyarakat modern kesadaran sosialis berkecambah dari kondisi riil kehidupan sosial, Masyarakat ini menghasilkan keadaan bagi sebuah kesadaran yang sesuai. Di pihak lain, karena mereka adalah masyarakat yang berkelas, mereka biasanya mencegah penaikkan kearah kesadaran tersebut. Disinilah terletak dilema dan tantangan yang menghadang kaum revolusioner modern.

Terdapat peranan bagi kaum revolusioner yang sadar. Pertama-tama melalui keterlibatan secara pribadi, di kehidupannya sendiri dan jika memungkinkan di tempat kerjanya sendiri. (Disinilah bahaya utama berada dalam sikap-sikap “prolier than thou”, yang menuntun orang percaya bahwa kecil yang bisa dilakukan jika mereka bukan pekerja industri, atau berpura-pura menjadi apa yang bukan mereka, dalam kepercayaan yang keliru bahwa satu-satunya medan perjuangan yang relevan adalah dalam kaitan dengan industri.) Kedua, dengan membantu orang lain yang sedang berjuang, dengan menyediakan mereka dengan bantuan tangan dan informasi mereka sepelekan. (Disini bahaya utama berada dalam menyodorkan “bantuan berpamrih”, dimana perekrutmen para militan kedalam organisasi revolusioner sebagai tujuan dari “bantuan” tersebut seolah-olah sebesar kemenangannya dalam perjuangan dimana ia terlibat.) Terakhir , dengan menunjuk dan menjelaskan relasi terdalam (tetapi seringkali tersembunyikan) antara tujuan sosialis dan apa yang cenderung dilakukan rakyat, melalui pengalaman dan kebutuhannya sendiri, (Inilah apa yang kita maksudkan saat kami katakan kaum revolusioner mesti membantu membuat “eksplisit” kandungan sosialis yang implisit dari banyak perjuangan modern saat ini.)

10. Bagian ini seharusnya membedakan SOLIDARITY dari tipe organisasi politik tradisional. Kami bukanlah sebentuk kepemimpinan dan tidak menginginkan menjadi salah satunya. Sebab kami tidak ingin memimpin atau memanipulasi orang lain, tak ada perlunya, bagi kami, hirarki ataupun mekanisme memanipulasi didalam barisan kami sendiri. Sebab kami percaya dalam otonomi - ideologi dan organisasi kelas pekerja, kami tidak dapat menolak kelompok-kelompok memiliki otonomi serupa itu didalam gerakan Solidarity sendiri, Bahkan sebaliknya, kami harus berusaha mendorong hal itu.

Di lain pihak kami terang saja berharap bisa mempengaruhi orang lain dan menyebarkan ide-ide SOLIDARITY (bukan asal ide saja) kalau memungkinkan seluas-luasnya. Usaha ini memerlukan aktivitas orang atau kelompok yang terkoordinasi, yang secara sendiri-sendiri mampu melakukan aktivitas-mandiri dan menemukan tingkat keterlibatannya sendiri dan daerah kerjanya sendiri. Instrumen dari koordinasi semacam ini mesti fleksibel dan berubah-ubah menurut kepada tujuan koordinasi tersebut diperlukan.
Kami tidak menolak organisasi sebagai sesuatu yang pasti bermakna birokrasi. Jika kami memegang pandangan yang demikian takkan ada perspektif sosialis apapun. Sebaliknya, kami berpandangan bahwa organisasi yang mekanisme-mekanismenya (berserta dampak-dampaknya) dimengerti oleh semuanya dapat dengan sendirinya menyediakan kerangka kerja bagi pengambilan keputusan secara demokratis. Tak ada jaminan kelembagaan terhadap terjadinya birokratisasi kelompok revolusioner, Satu-satunya jaminan adalah kewaspadaan yang terus menerus dan mobilitas-diri dari anggota-anggotanya. Bagaimanapun, kami insaf akan bahayanya kelompok revolusioner menjadi “tujuan itu sendiri”. Di masa-masa lalu, kesetiaan kepada kelompok telah seringkali menggantikan kesetiaan kepada pemahaman. Komitmen dasar kami adalah kepada revolusi sosial - bukannya kepada suatu kelompok politik tertentu, bahkan bukan kepada SOLIDARITY. Struktur organisasi kami tentu saja haruslah mencerminkan kebutuhan untuk saling membantu dan mendukung. Tetapi kami tidak mempunyai tujuan, cita-cita atau ambisi tersembunyi. Oleh karena itu kami tidak menyusun diri seakan bila kami mempunyainya.

* * *
Sumber Artikel : http://www.geocities.com/CapitolHill/Lobby/2379/solie.htm
Dipublikasikan Oleh : Solidarity London
Terjemahan dikerjakan oleh : Yerry Nikholas
Artikel Terkait :
• http://www.spunk.org/library/pubs/ajoda/sp000469.txt
• http://www.geocities.com/Athens/Acropolis/8195/blasts/awsi/awsiintro.html

0 komentar:

Posting Komentar