Dari Pemrotes Untuk Para Pemrotes Anti-Kenaikan BBM (Sebuah Flyer dari Ujung Selatan Sulawesi)

Beberapa kamerad di makasar menyusun flier berukuran A5 dan mendistribusikannya secara langsung ke tangan para pemrotes atau warga umum, sebagai bentuk ketidakpercayaan terhadap media mainstream yang lebih banyak membual dan memproduksi sensasi. Hal ini adalah upaya untuk membangun komunikasi dengan para pemrotes dan revolusioner di jalan-jalan untuk membangun imajinasi bersama tentang perjuangan otonom yang radikal. Berikut fliernya: 
BAHAN BAKAR UNTUK MACAM-MACAMDari pemrotes untuk para pemrotes anti-kenaikan BBM

Pencabutan subsidi sosial seperti bahan bakar sudah dipastikan terjadi awal April 2012 ini. Seperti yang ditakutkan, hal ini tentu saja akan berdampak pada kenaikan bahan bakar, tarif listrik, biaya hidup, dan harga kebutuhan hidup lainnya. Tidak perlu lagi dijelaskan mengapa pencabutan subsidi serta kenaikan harga yang menyertainya dapat terjadi, semenjak ini semua konsekuensi dari kapitalisme!

Namun bersamaan dengan mulai merebaknya protes-protes menolak rencana ke-naikan BBM dan TDL, kita juga harus melampaui pema-haman-pemahaman standar yang dapat menjebak kita dengan kesalahan di masa lalu yang tidak membawa kita kemana-mana.

TIDAK ADA YANG NAMANYA KEBIJAKAN. SEMUA YANG KITA DENGAR ADALAH ATURAN!

Selama bertahun-tahun media, sekolah dan masyarakat menanamkan bahwa segala keputusan yang dibuat oleh pemerintah dinamakan kebijakan. Penghalusan atau eufimisme seperti ini menyesatkan. Kita tidak bisa menghasilkan sesuatu yang mendasar apabila gagal melampaui jebakan logika berfikir. Aturan adalah aturan, ia ditentukan secara sepihak, elitis, menindas dan berfungsi untuk mengontrol seluruh masyarakat. Dengan begitu, tidak ada sedikit pun hal yang bijak di dalamnya!

MASIH PERCAYA MEDIA MASSA?

Selama beberapa bulan sebelum subsidi BBM dicabut pada April 2012 media massa mulai melemparkan isu kenaikan Harga BBM dengan dibumbui pembenaran dan keharusan tindakan yang ditempuh oleh pemerintah. Media massa tidak lain hanyalah korporasi pemberitaan. Industri ini berfungsi sebagai peredam gejolak dengan memilih informasi yang sesuai dengan kepentingannya serta menjadi sekedar pengeras suara bagi para elit-elit tertentu saja. Kritisisme yang muncul dalam pemberitaan media hanyalah tampakan. Selebihnya media massa harus menyesuaikan antara perubahan sosial dengan keistimewaan posisi mereka dalam masyarakat.

PADA DASARNYA PARA EKONOM DAN PAKAR TIDAK PERCAYA BAHWA KEHIDUPAN YANG LAIN ITU MUNGKIN

Disebabkan oleh keistimewaan posisi mereka dalam masyarakat, para pakar selalu menganalisa berdasarkan sudut pandangnya. Mereka tidak percaya bahwa rakyat bisa mengelola kehidupannya sendiri, mengambil dan menentukan keputusan sendiri yang menentukan hidupnya, dan menjalani kehidupan tanpa elit dan otoritas tersentral. ‘Kehidupan yang lain ini’ tentu saja mengenyahkan posisi mereka, karena itu mereka selalu menghadirkan argumentasi dan analisa yang menguntungkan diri mereka.

SUBSIDI MENEGASKAN ADANYA KETIMPANGAN SOSIAL

Pernahkah kita bertanya mengapa mesti ada subsidi? Mengapa harus ada kelompok sosial yang mesti disubsidi dan kelompok yang lain tidak? Subsidi berarti ada golongan yang menikmati kekayaan berlimpah dan ada golongan seperti kita yang serba kekurangan dan mesti ditolong dengan cara disubsidi. Golongan yang kaya hanya sedikit namun mereka memiliki akses dan kontrol terhadap semua sumber-sumber daya yang digunakan untuk memperoleh kekayaan, dan tentu saja hak eksklusif itu diperoleh dengan penuh kecurangan dan serta merta melempar kita dari arena permainan dan menjadikan kita pekerja yang harus menjalani 8 jam tanpa kebahagiaan. Melakukan protes dan penolakan berarti merebut kembali apa yang telah mereka curi dari kita!

BERKACA PADA KEHIDUPAN SEHARI HARI.

Sebagai ‘warga negara yang baik’ kita harus tunduk pada segala aturan main yang telah ditetapkan oleh negara. Mereka mengatur semua hal untuk kita, mulai dari pengakuan akan kehadadiran kita di bumi melalui akte kelahiran, melabeli kita dengan ijazah agar bisa diterima di lapangan kerja, mengatur kita dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan dan mengontrol kita agar tetap menjadi orang yang tidak macam-macam dengan mereka. Mereka butuh untuk mengontrol kita, agar kita tetap tabah bekerja selama berjam-jam di dalam bilik-bilik kantor dan pabrik, agar kita tetap setia menjalankan usaha kecil-kecilan yang menguras tenaga dengan penghasilan yang minim, agar kita tetap percaya bahwa subsidi berasal dari negara bukan dari kerja-kerja kita yang ditarik dari tiap aktivitas bekerja dan menkonsumsi melalui pajak, retribusi, uang parkir, sogokan untuk memperoleh jabatan dan lain-lain. Dan dengan seenak perut mereka kini mereka ingin subsidi yang merupakan hak kita mereka tarik agar kita makin sengsara dan lebih giat bekerja membanting tulang untuk kantong mereka.

SISTEM EKONOMI HARI INI TAK LAYAK DIPERTAHANKAN

Mungkin saja, di tengah-tengah hari yang melelahkan kita masih sempat mengkonsumsi tayangan TV atau membaca potongan berita koran. Perhatikan dan teliti baik-baik, kita akan mendapati rentetan berita buruk yang saling bersahutan dari setiap sudut negeri. Tanah dirampas dari petani, pedagang kaki lima digusur, masyarakat miskin dipaksa hidup di tepi-tepi got yang berbau busuk, ibu rumah tangga kesulitan memperoleh gas dan minyak tanah, anak-anak sekolah disekap dan dipukuli oleh gurunya dan masih banyak lagi. Kita mesti mesti mengorbankan hubungan yang saling menguntungkan dan menggantinya dengan materi, uang dan pamrih. Sejatinya semua sumber-sumber kehidupan adalah milik bersama, tak ada yang lebih berhak dari siapapun. Tetapi penjahat-penjahat kaya dan berkuasa itu punya banyak trik untuk menipu kita dengan memaksakan sistem ekonomi yang memiskinkan hampir semua orang. Merubah hubungan di antara kita yang tulus dengan sistem uang dan pamrih!

KITA BANYAK DAN MEREKA SEGELINTIR SAJA

Jangan pernah merasa kecil dan tak berdaya menghadapi situasi yang kian sulit ini. Kita adalah penentu dari kekayaan dan kekuasaan bagi mereka. Kita yang memblokade jalan tol sehingga ekonomi mereka lumpuh, kita yang membakar gedung kantor Bupati untuk mengusir tambang, kita juga yang membacok koruptor di ruang persidangan, kita yang membakar areal perkebunan sawit yang memiskinkan, kita juga yang mogok di pabrik-pabrik mereka. Kita ada dimana-mana. Kita sudah dan akan selalu membuktikaannya. Hanya butuh satu langkah kecil dari kita untuk memperluas pembangkangan di segala penjuru.

ELIT LAIN INGIN MEMANFAATKAN SITUASI, ENYAHKAN MEREKA!

Ingat… selalu ada yang memanfaatkan situasi. Cerita manis dari mulut elit yang ikut-ikutan membela rakyat dari ancaman pencabutan subsidi BBM kian santer terdengar. Mereka dengan licik berusaha mendapatkan simpati dari kita demi menuai kesuksesan mengambil alih kekuasaan. Mereka sama saja dengan yang berkuasa saat ini, tak ada yang bisa diharapkan dari watak borjuis yang telah mendarah-daging di dalamnya. Mereka akan mengulang cerita lama tentang kemiskinan dan eksploitasi terhadap hidup kita dengan sedikit bumbu pembeda agar kita tertipu. Seret mereka ke jalanan jangan beri ampun apalagi bersimpati pada mereka! Saatnya menentukan sendiri seperti apa perubahan yang kita inginkan dan tidak menyandarkan harapan kita pada elit pemerintahan, para pengurus partai dan aktivis opurtunis yang sedang meniti karir. Dengan solidaritas yang kuat, bersama kita tentukan nasib kita sendiri.

MENGGANTI PEMERINTAHAN TIDAK SERTA MERTA MENGHAPUS ERROR DALAM SISTEM INI

Silahkan uji dan buktikan poin ini dalam beberapa tahun lagi!

KARENA KAPITALISME TIDAK BISA DIREFORMASI

Tidak ada namanya penindasan dan penghisapan yang manusiawi atau humanis. Kenaikan harga BBM (dan segera juga tarif listrik) hanyalah konsekuensi dari sistem ekonomi kapitalisme. Cepat atau lambat! Sistem ini berdasarkan pada prinsip yang lebih mementingkan keuntungan material semata yang berakibat pada pemiskinan mayoritas manusia, hancurnya alam lingkungan, dan rusaknya kehidupan itu sendiri. Langkah awal dan satu-satunya untuk menghentikan adalah menghancurkannya.



Sumber: kontinum

0 komentar:

Posting Komentar