Ada orang yang berpendapat bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Pendapat lainnya mengatakan bahwa manusia secara alamiah adalah mahluk anti-sosial.
Kebutuhan, keinginan, kasih sayang, cinta dan simpati adalah elemen yang mendorong manusia menuju persahabatan dan persatuan.
Harapan akan kemerdekaan dan keinginan akan kebebasan mendorong manusia ke arah kesunyian dan individualisme. Tapi, disaat individualisme berjalan dan disadari bahwa hal itu menentang masyarakat, masyarakat kemudian membela dirinya dengan menyerang. Perang antara "societarianisme" dan "individualisme" adalah perang subur akan energi dan vitalitas. Tapi, walaupun individualitas diperlukan bagi masyarakat, kelak pada waktunya akan diperlukan bagi manusia.
Individualisme tidak mungkin ada jika tidak ada masyarakat yang bisa menegaskan diri dan hidupnya, mengembangkan dirinya dan bersukacita.
***
Diantara seluruh umat manusia- sang pemberontaklah sosok paling indah dan paling sempurna. Ia tahu bagaimana menjadi alat potensial bagi kehendak hasratnya sendiri. Ia tahu bagaimana untuk mematuhi dirinya dan perintahnya, untuk melindungi dirinya dan menghancurkan dirinya. Karena sang pemberontak adalah orang yang telah belajar rahasia dari kehidupan dan seni dari kematian.
***
Mereka yang jatuh (kalah) ketika melakukan pemberontakan terhadap segala hal, menang bahkan disaat jatuh.
Dan kemenangannya adalah menanamkan api pemikirannya dan mengesankan cahaya gagasannya pada orang lain.
Tetapi pengikut sebenarnya dari sang pemberontak yang jatuh adalah mereka yang, ketika jatuh, tahu bagaimana untuk memberontak bahkan terhadap "pemberontakan" yang telah menjatuhkan para pahlawan.
***
Siapapun yang menginginkan semangat pemberontakan menjadi abadi harus mau melakukan pemberontakan sang anak agar kelak tidak berubah menjadi tirani sang ayah.
***
Jikalau ayahku memberontak melawan kakekku agar tidak menjadi budak dari keimanan kakek, aku memberontak melawan ayahku agar tidak menjadi budak dari iman yang membuat ia pada gilirannya memberontak.
Bagaimana jadinya anakku esok dengan diriku yang sekarang?
***
Hanya dari reruntuhan segala pemberontakan yang pernah pecah dapat melahirkan seorang yang jenius dan kreatif.
Tapi untuk apa melahirkan seorang jenius jika pada akhirnya tak ada pemberontakan yang baru?
***
Aku sepakat dengan Nietzsche dalam keyakinan bahwa tidak akan pernah ada kebutuhan apapun bagi pertanyaan martir dalam mengetahui kebenaran. Tapi hasrat kekuatan, keberanian diri dan kecakapan kreatif adalah satu-satunya harta yang diwariskan oleh sang jenius, sang pemberontak, dan sang pahlawan.
***
Aku telah melihat seorang jenius "mencuri" dan seorang idiot melempar bom mematikan pada seorang menteri negara.
Yang pertama mencuri untuk hidup merdeka dan mengkreasikannya dalam kebebasan. Yang kedua membunuh karena kebencian pribadi yang tersembunyi dan menghendaki kematiannya.
Yang pertama dilakukan pada tingkat "vulgar, kejahatan biasa" dan merupakan “ tindak kriminal umum” yang kedua dilakukan pada tingkat "kejahatan politik" dan merupakan " tindak kriminal politik mulia dan agung." Sekarang aku minta semua subversif dari para politikus pada umumnya, dan anarkis terutama- dalam menghadapi fakta ini. Ini adalah kesempatan untuk mengangkat "kejahatan politik" lainnya kedalam semarak kemuliaan dan pesta matahari, kemudian melemparkan"kejahatan biasa" kedalam lumpur.
***
Sayang! Masih terlalu banyak orang yang melihat pada pekerjaan. Tapi sebelum melihat pada pekerjaan, aku melihat pada sang pencipta. Namun dari banyaknya –bahkan sangat banyaknya -anarkis, bisa dilihat bahwa jumlah individualis masih sedikit ..
Sebagian besar dari mereka yang masih berada diantara rakyat-rakyat jelata mengatakan: "Manusia tidak berlaku. peristiwa dan ide-ide lah yang berlaku "Dan. Inilah kenapa, bahkan diantara kami, banyak dari mereka yang lebih tinggi, makhluk-mahluk yang mahamulia telah dilemparkan kedalam lumpur, sementara banyak para idiot telah ditinggikan dibawah sinar matahari.
***
Aku menolak hak untuk menilaiku, oleh semua orang yang tidak memahami suara hasratku, lolongan kebutuhanku, penerbangan jiwaku, kesedihan pikiranku, getaran ide-ideku dan penderitaan pemikiranku. Tapi hanya aku yang mengerti semua ini. Apakah kau ingin menilaiku? Oke kalau begitu! Tapi kau tidak akan pernah menghakimi diriku yang sebenarnya. Sebaliknya kau akan menilai "diriku" yang kau sendiri telah ciptakan. Bila kau yakin ingin menempatkanku diantara jari-jarimu dan menghancurkanku, aku akan ada disana, dan menertawaimu dari kejauhan.
***
Dikutip dari Proletario # 4, 17 September, 1922, Teks ini diterjemahan oleh Twilight Dancer.
0 komentar:
Posting Komentar